Page 20 - Legenda Rawa Pening
P. 20

membungkuk  memberi  hormat  kepada  lelaki  yang
            membuka pintu gerbang padepokan itu. Tanpa menunggu
            lama, Endang Sawitri segera memperkenalkan diri dan

            menjelaskan  maksud  kedatangannya  ke  padepokan  Ki
            Hajar Salokantara. Lelaki bertubuh gempal dan berkulit
            hitam  yang  membuka  pintu  gerbang  ternyata  murid

            Ki  Hajar  Salokantara.  Dengan  sopan,  lelaki  tersebut
            mempersilakan Endang Sawitri masuk padepokan.  Lelaki
            itu  mempersilakan  Endang  Sawitri  duduk  di pendapa
            padepokan, sementara ia menuntun dan menambatkan

            kuda Endang Sawitri di tempat penambatan kuda tamu
            di padepokan itu. Endang Sawitri duduk dengan sopan
            di pendapa padepokan itu. Lelaki bertubuh gempal tadi

            berlari  ke dalam  sepertinya  hendak  memberitahukan
            kepada sang resi ada seorang tamu yang datang.
                 Endang Sawitri  memandang  sekeliling  pendapa

            yang terlihat cukup luas dan bersih tersebut. Terlihat
            gebyok kayu jati yang dihias ukiran menawan. Di sudut-
            sudut pendapa terlihat bokor-bokor yang terbuat dari

            kuningan dengan beberapa tombak yang runcing. Ada
            pula  seperangkat  gamelan  tertata  rapi  di  salah  satu
            bagian pendapa itu. Endang Sawitri meyakini bahwa si
            pemilik padepokan pastilah orang sakti yang halus dan

            mencintai budaya. Bola mata cantiknya berputar-putar
            menjelajah  seluruh  isi di pendapa  padepokan  dengan





                                          8
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25