Page 220 - Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi_Dr. Aninditya Sri Nugraheni, M.Pd
P. 220
kemampuan anak dalam hal psikisnya, ternyata anyara anak dan ibu selama
mengandung telah terjadi hubungan yang sangat kuat, sehingga peran ibu sangat
penting dalam perkembangan kepribadian anak pada masa yang akan datang.
2. Masa kanak-kanak (3 – 6 tahun)
Masa kanak-kanak merupakan masa perkembangan psikis yang terbesar. Masa
ini oleh Kohnstam dinamakan masa senthesis dimana anak mengalami perkembangan
pengalaman indra terbesar, karena anak pada masa itu sudah cakap berjalan dan berlari,
maka dunianya telah bertambah luas dan kesanggupan bicara berkembang sangat cepat.
Beberapa ahli psikologi yakin bahwa lingkungan verbal seorang anak lebih penting dari
pada lingkungan fisik. Bahasa yang didengarbseorang anak bisa mempercepat atau
memperlambat kemampuan dasarnya untuk berfikir.
3. Masa sekolah
Dinamakan masa sekolah sebab anak normal telah matang untuk mengikuti pelajaran di
sekolah dasar. Tanda-tanda kematangan itu antara lain:
a. Telah ada kesadaran terhadap kewajiban dan pekerjaan.
b. Perasaan kemasyarakatan telah berkembang luas hingga mampu bergaul dan
bekerja sama dengan anak lain yang sebaya dengannya.
c. Telah mempunyai perkembangan intelektual yang cukup besar.
d. Memiliki perkembangan jasmani yang cukup kuat untuk melakukan tugas dan
37
kewajiban di sekolah.
2. Pengertian Hidden Curriculum
Hidden Curriculum atau ‘kurikulum tersembunyi’ atau juga dapat disebut ‘kurikulum
terselubung’, secara umum dapat dideskripsikan sebagai “hasil (sampingan) dari pendidikan
dalam latar sekolah atau luar sekolah, khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak secara
tersurat dicantumkan sebagai tujuan”. Hidden curriculum merupakan sebuah penyampain ilmu
pengetahuan dengan menggunakan cara berpikir ‘metafor’, analogis di luar ‘pagar-pagar’
kompetensi dasar, kepada anak didik secara tersembunyi, yang disampaikan di sela-sela
penyampaian materi, atau disampaikan sebelum melangkah ke materi pokok. Lebih konkret
lagi, hidden curriculum merupakan seperangkat pengalaman-pengalaman yang didapat peserta
didik dari kegiatan upacara, prosedur sekolah, keteladanan guru, hubungan siswa dengan guru,
staf sekolah lainnya, dan sesama mereka sendiri. Jadi, hidden curriculum akan selalu melekat
pada tugas-tugas profesional seorang pendidik termasuk didalamnya terkait dengan norma,
nilai, dan kepercayaan yang disampaikan dalam isi pendidikan.
Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) yakni segala sesuatu yang terjadi pada saat
pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum aktual. Segala sesuatu itu bisa berupa
pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri.
Makna lain dari kurikulum tersembunyi yaitu segala sesuatu yang tidak direncanakan atau tidak
diprogramkan yang dapat mempengaruhi perubahan prilaku siswa. segala segala sesuatu yang
dapat mempengaruhi itu bisa adat istiadat,kebudayaan,kebiasaan dan sebagainya termasuk
prilaku guru dan organisasi kelas. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala
sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang
tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi
yang akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta didik.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan pendekatan penelitian
Jenis penelitian ini tergolong pada penelitian lapangan (field research). Jenis
penelitian ini ialah penelitian kualitatif di mana penelitian ini memiliki karakteristik bahwa
datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya, dengan tidak
mengubah dalam bentuk symbol, atau bilangan karena penelitian kualitatif tidak
menggunakan data statistik. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah psikologi perkembangan yaitu salah satu cabang psikologi yang mempelajari
secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogenetik khususnya pada
anak-anak, yaitu mempelajari proses-proses yang mendasari perubahan-perubahan yang
37 Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan , (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 17-48
Bahasa Indonesia Berbasis Pembelajaran Aktif 219