Page 9 - MAJALAH REVISI 5
P. 9
6
Tumbuhan andong dimanfaat- Begio atau pare dimanfaatkan oleh Daun tumbuhan pecah
kan oleh masyarakat seKitar masya-rakat seKitar sebagai obat beling dimanfaatkan oleh
Kab. Empat Lawang untuk batuk dan demam. Cara membuat masyarakat seKitar untuk
mengobati penyakit TB paru, obat diremas lalu ditempelkan pada mengobati penyakit ginjal
disertai nyeri lambung. Cara ketiak balita sebagai obat demam dan sinus. Cara membuat
membuat obat adalah dengan dan direbus sebagai obat batuk. obat adalah dengan merebus
merebus daun lalu diminum 3× Obat batuk diminum 3× sehari daun kemudian diminum.
sehari
b. Ciri morfologi dan anatomi, ada beberapa ciri morfologi yang dapat digunakan sebagai dasar
klasifikasi seperti sistem perakaran, bentuk batang, daun, bunga, buah, biji, dan lainnya. Sedangkan
ciri anatomi yang dapat digunakan, seperti berkas pengangkut, ada tidaknya kambium, ada tidaknya
sel trakea, dan lainnya.
c. Ciri biokimia, misalnya jenis protein, enzim, karbohidrat, lipid, DNA, dan metabolit sekunder
(fitokimia).
Fitokimia merupakan kandungan kimia yang ada di dalam tumbuhan. Dalam tubuh
tumbuhan terdapat kandungan kimia berupa senyawa metabolit sekunder. Julianto (2019)
menjelaskan metabolit sekunder adalah senyawa yang dihasilkan dalam jalur metabolisme
lain yang walaupun dibutuhkan, tetapi penting peranannya dalam suatu tum buhan. Oleh
karena itu, senyawa metabolit sekunder atau kan dungan fitokimia sering diambil dan diteliti untuk
dimanfaatkan sebagai obat. Penelitian fitokimia yang dilakukan oleh Maha siswa Pendidikan Biologi
Universitas Muhammad iyah Palembang bernama Seny (2020) menggunakan metode skrining pada
tumbuhan ciplukan (lihat Gambar 7) diketahui bahwa buah
ciplukan mengandung flavonoid, alkaloid, dan tannin. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Arifin & Ibrahim (2018)
diketahui bahwa senyawa tannin pada tumbuhan bermanfaat
sebagai obat antidiare dan antioksidan sedangkan senyawa
flavonoid memiliki khasiat sebagai anti virus, anti inflamasi,
anti kardiopreotektif, diabetes, dan kanker. Selanjutnya Titis,
dkk (2013) menjelaskan sennyawa alkaloid bermanfaat dalam Gambar 7. Ciplukan
mengobati infeksi pada kulit dan tenggorokan. Kandungan (Sumber: Redaksi Siedoo, 2020)
fitokimia ini dapat dijadikan dasar dalam mengklasifikasikan makhluk hidup jika kedua dasar
sebelumnya, yakni persamaan manfaat, morfologi, dan anatomi belum dapat menunjukkan spesies yang
Kita cari.
Selanjutnya, bagaimana dasar untuk mengklasifikasikan hewan? Apakah sama dengan tumbuhan?
Dalam buku yang ditulis oleh Suartini (2015) menjelaskan ada beberapa macam karakter yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan hewan, yaitu: (a) karakter morfologi, misalnya eksokeleton/
cangkang, invertebrata atau vertebrata; (b) karakter anatomi, misalnya struktur sel dan organ; (c)
karakter molekuler/ DNA, misalnya sequences asam amino dari protein-protein; (d) karakter fisiologi,
misalnya pertumbuhan dan toleransi suhu; (e) karakter tingkah laku, misalnya perilaku kawin dan
mekanisme isolasi; (f) karakter ekologi, misalnya habitat dan inang; dan (f) karakter geografi, misalnya
pola pesebaran hewan secara umum.
4. Sistem klasifikasi
Salah satu tujuan dari taksonomi adalah untuk mengkasifikasikan atau mengelompokkan
organisme menurut kekerabatannya. Oleh karenaitu dalam bidang taksonomi selalu berusaha membuat
sistem klasifikasi yang dapat diterima secara universal. Ahli taksonomi, yakni Carlous Linnaeus (1707-
1778) membagi organisme berdasarkan karakter morfologi. Hal ini dikarenakan tidak ada alat canggih
yang tersedia untuk mempelajari lebih lanjut tentang kelompok organisme. Jadi informasi makhluk
hidup yang tersedia hanyalah makhluk hidup yang terlihat. Oleh karena itu organisme dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yakni Plantae dan Animalia. Sistem klasifikasi ini disebut dengan Klasifikasi
Dua Kingdom.