Page 42 - Modul Geografi Kelas XII KD 3.1 dan 4.1
P. 42
Modul Geografi Kelas XII KD 3.1 dan 4.1
3) Penurunan luas dan fungsi kawasan resapan air mislokasi pemanfaatan ruang untuk
kepentingan pemukiman, budidaya pertanian dan pariwisata telah mempercepat
kerusakan Daerah Aliran Sungai.
4) Meningkatnya fenomena bencana yang di akibatkan miss manajemen relasi alam dan
manusia seperti banjir, longsor dan kekeringan yang terjadi secara merata di berbagai
wilayah di indonesia.
5) Degradasi kualitas lingkungan pada kawasan pesisir yang di tandai semakin rusak dan
menurunnya luas hutan mangrove.
6) Ancaman dampak global warming semakin memperparah kondisi resiko kerusakan
lingkungan khususnya pada sebagian besar perkotaan pesisir di Indonesia.
7) Meningkatnya urbanisasi dan aglomerasi perkotaan akibat imigrasi desakota yang
berimplikasi pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan
pertanian produktif menjadi lahan permukiman secara signifikan.
8) Pengembangan struktur ruang dan sistem perkotaan yang terpusat pada
pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan saat ini masih sangat terpusat di
pulau Jawa-Bali, sedangklan pertumbuhan kota-kotamenengah dan kecil, terutama di
luar jawa, berjalan lambat dan tertinggal.
9) Masih tingginya kesenjangan antar dan di dalam wilayah, seperti antara Indonesia
bagian barat (Sumatera, Jawa-Bali) dengan indonesia bagian timur, antara kawasan
pedesaan dan kawasan perkotaan, dan kawasan di wilayah perbatasan kawasan
terpencil, terluar dan tertinggal.
10) Desentralisasi pembangunan dan otonomi daerah telah mengakibatkan
meningkatnya konflik pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan konflik
peruntukan ruang, baik antarwilayah, antar pusat dan daerah, serta antar
penggunaan.
3. Permasalahan Pengelolaan Penataan Ruang
Rencana tata ruang wilayah belum sepenuhnya efektif menjadi acuan dalam
penataan ruang, sehingga menjadi inkonsistensi pelaksanaan pembangunan terhadap
rencana tata ruang serta lemahnya pengendalian dan penegakan hukum terhadap
pemanfaatan ruang. Hal ini juga di sebabkan permasalahan internal penataan ruang
khususnya terkait dengan aspek kelembagaan manajemen. Beberapa permasalahan
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1) Belum tepatnya kompetensi sumberdaya manusia dalam bidang pengelolaan
penataan ruang, karena banyak menajemen tata ruang di daerah tidak memiliki
kompetensi (pendidikan, keterampilan, dan pengalaman) yang memadai untuk
merencanakan, melaksanakan, memantau atau mengawasi penyelenggaraan tata
ruang;
2) Rendahnya kualitas hasil rencana tata ruang baik disebabkan sulitnya memperoleh
data dan peta dasar, kompetensi penyusun yang rendah maupun proses penyusunan
Wiayah dan Tata Ruang 36