Page 44 - Modul Geografi Kelas XII KD 3.1 dan 4.1
P. 44
Modul Geografi Kelas XII KD 3.1 dan 4.1
a) Konsep kutub pertumbuhan memberikan kemungkinan pemakaian dan
pengembangan teknik-teknik analisis seperti analisis input-auput, analisis
aglomerasi
b) Konsep kutub pertumbuhan ini dapat digunakan sebagai alat strategi intervensi
oleh pemerintah dalam menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan investasi bagi
pembangunan daerah
Dampak negative (Growth Pole)
a) Kerangka permasalahan dikembangkan dalam setting masyarakat industry dan
cenderung tidak melihat problem spesifik wilayah, khususnya wilayah pedesaan
yang di dominasi sector pertanian
b) Dalam hubungan pusat pinggiran, efek balik, sering bekerja lebih cepat dari efek
pemancaran, sehingga kesenjangan wilayah semakin melebar. Kondisi ini terjadi
karena kurang jelasnya hirarki kota-kota dan wilayah pinggiran tidak memiliki
kekuasaan untuk mengendalikan sumber dayanya (Firman 1989)
2) Strategi Desentralisasi Teritorial
Pendekatan desentralisasi territorial merupakan strategi pembangunan dari
bawah (development from bellow). Strategi dari bawah ini memberikan alternative
bagi elemen-elemen dalam pembangunan seperti alokasi faktor produksi, sistem
pertukaran, pembentukan organisasi soaial ekonomi yang spesifik, dan perubahan
konsep dasar pembangunan yang hanya menekankan aspek ekonomi. Menurut Stohr
1981 strategi pembangunan disentralisasi ini didasarkan pada hipotesa yaitu:
a) Kegagalan strategi development from above di banyak Negara (terutama Negara
berkembang) dalam menciptakan integrasi ekonomi wilayah, yang berakibat pada
ketimpangan wilayah.
b) Kondisi fisik dan sosial ekonomi internal merupakan kunci sukses penerapan
strategi pembangunan. Oleh kerena itu banyak factor internal yang harus
dipertimbangkan dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu onsep pembangunan
c) Dorongan bagi pengembangan suatu konsep pembangunan hendaknya berasal dari
masyarakat dengan mempertimbangkan sumber daya lokal.
d) Sistem ekonomi lokal berperan dalam membentuk pola interaksi ekonomi antar
wilayah untuk meningkatkan nilai tukar barang-barang produksi lokal sehingga
tidak hanya memiliki nilai guna, namun juga memiliki nilai tukar dan meningkatkan
nilai tambah.
3) Strategi Agropolitan
Strategi ini muncul sebagai respon kegagalan development from above, seperti
kutub pertumbuahan. Menurut strategi ini pengertian pembangunan tidak hanya
kemajuan ekonomi yang sentralistik, tetapi memberikan kesempatan bagi individu-
individu, kelompok-kelompok sosial dan organisasi masyarakat untuk memobilitasi
kemampuan dan sumber daya lokal bagi kemajuannya. Pendekatan ini menitik
beratkan pada upaya untuk menciptakan dorongan bagi pembangunan dinamis di
wilyah-wilayah (pedesaan) yang relative terbelakang.
Wiayah dan Tata Ruang 38