Page 184 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 184

Dalam  Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dapat kita
              saksikan bagaimana kepedulian  Allah terhadap umatnya, khususnya yang
              membutuhkan pertolongan-Nya. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian
              Baru sering diungkapkan Allah sebagai Gembala. Apakah yang dimaksud dengan
              Gembala? Satu bagian terkenal dalam satu perikop yang terkenal  Tuhan sebagai
              Gembala, dapat ditemukan dalam Mazmur pasal 23. Pada pasal tersebut secara rinci
              Allah digambarkan sebagai seorang Gembala yang memimpin, memelihara, dan
              mengasuh domba-domba-Nya sehingga mereka mengalami keutuhan, baik dimensi

              fisik, relasi sosial, psikis, dan spiritual.
                 Dalam  Yehezkiel pasal 34  Allah sebagai Gembala menyerahkan tugas
              penggembalaan kepada para pemimpin Israel, tetapi mereka tidak melaksanakan
              tugasnya dengan baik. Oleh karena itu, Dia memberikan Gembala yang lain untuk
              menggembalakan domba-domba milik-Nya. Gembala akan melepaskan para domba
              dari tangan para penjahat, melindungi, dan mengasihinya. Bahkan, Dia mengorbankan
              diri-Nya bagi mereka (Yesaya 53). Nubuat Perjanjian Lama tersebut digenapi oleh
              kehadiran Tuhan Yesus Kristus yang juga disebut sebagai gembala
                 Dalam kitab Perjanjian Baru, Tuhan Yesus disebut sebagai gembala yang baik
              (Yoh. 10) yang diutus ke dalam dunia untuk mencari yang tersesat dan terhilang
              (Mat. 10: 6, 15, 24; Luk. 10: 1-10, 19: 10). Ia mengumpulkan yang tercerai berai dan
              membebat yang terluka, bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan
              domba milik-Nya (Yoh. 10; bnd. Mrk. 10: 45).
                 Dari kitab Injil, kita juga dapat melihat strategi Tuhan Yesus saat menghadapi
              dan menyembuhkan orang sakit. Mengusir roh jahat sebagai sumber penyakit, dan
              membuat mujizat dengan mengoleskan tanah untuk menyembuhkan mata orang yang
              buta. Penyembuhan yang dilakukan selalu menuju kepada keutuhan. Meskipun pintu
              masuk penyembuhan dari aspek fisik, mental/psikis, sosial dan rohani/spiritual, pada

              akhirnya menuju pada keutuhan. Misalnya, Tuhan Yesus menyembuhkan banyak orang
              (Mat. 15: 29-31, Luk.6: 17-19), menyembuhkan orang yang sebelah tangannya mati
              (Mat. 12: 9-15, Mrk. 3: 1-6, Luk. 6: 6-11), menyembuhkan anak seorang perwira dari
              Kapernaum (Mat. 8: 5-13, Luk. 7: 1-10, Yoh. 4: 46-54), menyembuhkan orang yang
              kerasukan setan (Mat. 8: 28-34, Mrk. 5: 1-20, Luk. 8: 26-39), menyembuhkan orang
              lumpuh (Mat. 9: 1-8, Mrk. 2: 1-12, Luk. 5: 17-26), menyembuhkan ibu mertua Simon
              Petrus dan orang lain (Mat.8: 14-17, Mrk. 1: 29-34, Luk. 4: 38-41), menyembuhkan
              perempuan sakit pendarahan dan menghidupkan orang mati (Mat. 9: 18-26, Luk. 8:
              40-56). Menarik pada saat Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit kusta (Mat. 8:
              1-4, Mrk. 1: 40-45, Luk. 5: 12-16). Ketika Dia menyembuhkan 10 orang sakit kusta,
              sesudah phisiknya disembuhkan, Tuhan Yesus meminta mereka memperlihatkan diri
              kepada imam-imam, artinya mereka memperbaiki relasi sosial dengan orang lain,
              sekaligus bersyukur kepada Tuhan di Bait Allah (aspek spiritual/rohani).



                   Kelas IX SMP
             176
   179   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189