Page 235 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 235
berada dalam keadaan yang kudus telah jatuh dan dinodai oleh manusia ciptaan Allah
itu sendiri.
Manusia jatuh ke dalam dosa karena melanggar perintah Tuhan. Karena itu
manusia harus dihukum (Kej. 3). Meskipun demikian, pokok utama yang diungkapkan
dalam Alkitab bukanlah penghukuman dan penghakiman Allah, melainkan kasih
dan penebusan-Nya. Allah Bapa, Sang Pencipta, ternyata juga Allah yang berkenan
menebus ciptaan-Nya yang sudah jatuh. Penyelamatan manusia bahkan seluruh
alam semesta telah dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu sebagai
pengikut Kristus, kita semua dipanggil menjadi pelayan dan terlibat dalam kehidupan
masyarakat. Ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita untuk
menjadi pelayan Allah dan sesama.
Dalam Perjanjian Lama, para nabi memberitakan pentingnya hidup kudus dan
peduli kepada masalah-masalah sosial (Amos. 5: 21-24). Demikian juga Yesaya
mengutuk perayaan-perayaan keagamaan serta persembahan umat Tuhan karena
mereka melakukannya dengan kemunafikan. Mereka setia beribadah, namun pada
saat yang sama mereka melakukan kejahatan. Di dalam Yesaya 1: 16-17 dikatakan,
”… Berhentilah berbuat jahat; belajarlah berbuat baik, usahakanlah keadilan,
kendalikanlah orang yang kejam, belalah hak-hak anak yatim, perjuangkanlah
perkara janda-janda”.
Dalam Perjanjian Baru, kepedulian kepada sesama tetap diteruskan sebagaimana
yang diungkapkan dalam Perjanjian Lama. Kitab Injil mengungkapkan tekanan kepada
perspektif kenabian tersebut selalu terungkap di dalam kehidupan dan pengajaran
Tuhan Yesus, sebagaimana yang diungkapkan dalam Matius 25: 35: ”...ketika Aku
lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika
Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan…”. Demikianlah setiap orang
Kristen diajak untuk turut melakukan dan meneladani apa yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus dalam kehidupan dan pelayanan-Nya di dunia.
Rasul Paulus mengatakan bahwa dalam usaha berperan serta bagi pengembangan
masyarakat, kita harus memperlakukan orang lain sebagai subjek yang setara.
Sesama kita dalam masyarakat bukanlah objek yang tidak setara dengan kita. Hal itu
diungkapkan dalam Galatia 3: 28: ”Tidak ada orang Yahudi atau Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
satu di dalam Kristus Yesus”. Jelas kesadaran dan ungkapan Paulus ini merupakan
usaha yang menghancurkan sekat-sekat sosial yang dapat memisahkan kita dengan
sesama warga masyarakat. Siapapun kita dan apapun peran kita di masyarakat,
semuanya merupakan subjek yang sama dan sederajat.
Bagaimana pengajaran alkitabiah dan pemahaman teologis tersebut dapat
dihubungkan dengan perilaku para pelayan atau utusan Kristus dalam masyarakat
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
227