Page 98 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 98
Ingatlah apa yang dikatakan Paus Benediktus XVI, ”Gereja tidak bertumbuh
lewat proselitisme, melainkan dengan membuat orang lain tertarik kepadanya.
Dan apa yang membuat orang tertarik kepadanya adalah kesaksian kita.
Menjadi seorang katekis (=peserta kelas katekisasi) berarti bersaksi untuk
iman, hidup konsisten dalam kehidupan pribadi kita. Ini tidak mudah! Kita
menolong, kita memimpin orang lain kepada Yesus lewat kata-kata dan
kehidupan kita dengan kesaksian kita. Saya ingin mengingatkan apa yang
pernah dikatakan oleh St. Fransiskus dari Asisi kepada para brudernya,
”Beritakanlah Injil sepanjang waktu; Apabila perlu, gunakan kata-kata.”
Bicara itu mudah… tetapi kesaksian harus datang pertama kali: orang harus
melihat Injil, membaca Injil, di dalam kehidupan kita.”
Sekadar menjadikan seseorang Kristen dengan membaptiskannya juga pernah
dipahami oleh para penginjil atau misionaris pada abad-abad yang lalu. Di abad XVI
dan XVII. Misalnya, para misionaris di Kepulauan Maluku mengira tugas mereka
cukuplah kalau mereka berhasil membaptiskan orang-orang di sana. Tidak ada
tindak lanjut apapun untuk membina mereka agar memperdalam iman mereka dan
mewujudkannya dalam hidup sehari-hari.
Sebagai contoh, Fransiskus Xaverius (baca: Saverius), salah seorang tokoh
dan misionaris penting di Gereja Katolik Roma, pergi untuk memberitakan Injil di
Maluku. Pada akhir April 1547 ia ke Ambon dan bertemu dengan sejumlah temannya
di sana. Pada 15 Mei 1547 ia meninggalkan Ambon. Ia tiba di Malaka (sekarang
di negara Malaysia) pada Juli 1547. Dalam kunjungannya yang sangat singkat di
Ambon, Xaverius berusaha mengabarkan Injil. Ia segera berkunjung ke beberapa
rumah orang Portugis dan orang-orang Kristen di desa-desa sekitarnya, yaitu Tawiri
dan Hukunalo. Ia ditemani oleh seorang anak remaja yang menjadi penerjemahnya
dan beberapa rekannya yang masih muda. Bila ada orang yang sakit atau anak-anak
yang ingin dibaptis, Xaverius akan masuk ke rumah itu dan mendoakan mereka.
Anak-anak muda yang menemaninya akan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli
dan Dasa Titah dalam bahasa Melayu. Xaverius kemudian membacakan beberapa
ayat dari Injil untuk orang yang sakit dan kemudian membaptiskan anak-anak yang
terlahir sejak kematian imam mereka sebelumnya.
Apakah orang-orang desa itu mengerti bahasa Melayu? Tampaknya tidak. Apakah
ia berhasil menjadikan orang-orang desa itu pengikut Kristus? Juga tidak. Mereka
memang dibaptiskan dan menjadi Kristen. Tetapi, apa artinya menjadi seorang
Kristen, tidak mereka pahami dengan benar, karena pendidikan iman Kristen yang
mereka terima sangat sedikit dan terbatas pada ”Pengakuan Iman Rasuli” dan ”Dasa
Titah”. Bahkan Alkitab pun tidak mereka kenal. Penduduk umumnya buta huruf dan
Kelas IX SMP
90