Page 29 - Negara Kolonial 1854-1942. Panduan penelitian arsip kementerian urusan tanah jajahan. Kepulauan nusantara
P. 29

yang terkenal sebagai ‘Taakverdeling’ (Pembagian tugas) (Staatsblad van Nederlandsch-Indië
               1931 no. 378).

               Lagi-lagi pembagian kepemerintahan mengalami perubahan. Jumlah daerah dipotong
               setengahnya menjadi 19. Kabupatenan dibagi ulang: jumlahnya dikecilkan dari 76 menjadi
               39. Hal ini memberikan dampak bahwa kabupatenan itu menjadi besar. Selanjutnya
               perbandingan karesidenan-kabupaten tetap 1 banding 2. Residen mendapatkan wilayah
               jabatan lebih besar. Kewenangannya tetap sama, tetapi tugasnya menjadi lebih berat karena
               wilayah jabatannya lebih luas. Asisten-residen mendapatkan kembali wewenang
               kepemerintahan: ia harus memberikan penerangan dan advis kepada bupati, dan ia menjadi
               pemimpin harian kepolisian lapangan. Banyak asisten-residen menjadi anggota Dewan
               Kabupaten. Pengawas ada lagi. Baik pengawas maupun asisten-residen dalam kedudukannya
               yang baru dapat menjadi gangguan bagi bupati, dan mereka dapat merintangi bupati dalam
               menjalankan pekerjaannya yang mandiri. Namun, banyak bupati muda berpendidikan baik
               dan mampu membela diri dengan kokoh. J. van Baal menceritakan ingatannya tentang
               seorang bupati yang secara teratur menegur seorang asisten-residen yang malas dengan cara
                          26
               kebapakan.

               Dalam praktek diupayakan untuk menjaga kedua situasi pemerintahan itu terpisah. Aparat
               pemerintahan pribumi mengerjakan urusan desa, pendidikan pribumi, perawatan kesehatan,
               penerangan pertanian, dan pemungutan pajak. Korps BB Eropa pada prinsipnya menjalankan
               kepengurusan tentang orang-orang Eropa dan Timur Asing, dan hanya mencampuri kelompok
               pribumi jika kepentingannya bersinggungan dengan kepentingan dua kelompok masyarakat
               lainnya. Hal ini misalnya terjadi dengan urusan tanah. Pada dasawarsa terakhir sebelum
               Perang Dunia Kedua, dualisme dengan cepat tidak mendapatkan arti lagi. Oleh karena sistem
               itu sampai saat terakhir tetap dipertahankan, maka Hindia-Belanda, terutama di tahun 30-an,
               dicirikan sebagai Beamtenstaat (Pemerintahan birokratis teknokratis).

               Arsip dan sumber yang tercetak


               1.  Arsip Ministerie van Koloniën (Kementerian Urusan Tanah Jajahan) mulai tahun
                   1850

               Informasi umum tentang tatanan, akses, seri khusus di dalam F.J.M. Otten (2004), Gids voor
               de archieven van de ministeries en de Hoge Colleges van Staat 1813-1940 (ING
               onderzoeksgids; Den Haag: Instituut voor Nederlandse Geschiedenis), Bab 16.

               Arsip kementerian pada prinsipnya hanya mencakup pelbagai laporan dan advis dari para
               pegawai pemerintahan Eropa, khususnya residen, gubernur, dan asisten-residen. Kadang-
               kadang pada berkas-berkas ini ditambahkan laporan pegawai pemerintahan pribumi. Ada
               laporan dari pengawas, terutama orang-orang yang bekerja di Wilayah Luar Jawa dan

               26
                 J. van Baal (1986-1989), Ontglipt verleden, verhaal van mijn jaren in een wereld die voorbijging (2 jilid;
               Franeker: Wever). Lihat I, hlm 339.
               28
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34