Page 313 - Tan Malaka - MADILOG
P. 313

Idaman  semacam  itu  pada  zaman  semacam  itu  hanya  tinggal  idaman,
             sebab barang yang nyata buta melaksanakan idaman itu seperti industri
             model baru, belum ada. Hati gajah tak bisa sama dilapah. Semua kawan
             berada  dalam  kemiskinan,  Komunisme  pada  masa  itu  Cuma  berlaku
             dengan  hati  tugau  (kecil)  sama  dicacah  (diraba)  saja.  Mengadakan
             perlawanan  lahir  seperti  kaum  proletar  dimasa  Blanwui  atau  dimasa
             Lenin  tiada  akan  ada  hasilnya  karena  bendanya,  peindustrian  modern,
             belum  timbul  tunasnya  sama  sekali.  Di  zaman  nabi  Isa  kaum  komunis
             mesti  melakukan  pahamnya  sama  rasa,  sama  rata,  serta  sayang-
             menyayangi  sesama  manusia  itu,  diatas  harta  kepunyaan  yang  segala
             sederhana.  Dalam  keadaan  segala  sederhana  ini  makanan,  pakaian  dan
             perumahan dikota dan diesa dimana berada serdadu Rumawi dan kaum
             Rabbi, pengharapan atas melimpahnya segala-gala, terserah kepada belas
             kasihan  Tuhan  di  Langit,  sebagai  bapak  yang  Maha  Sayang  yang
             bersemayam  di  Langit  itulah!  Dia  mengirimkan  Anak  Tunggalnya
             kedunia fana ini, buat merintis “Negara 1000 tahun” yang penuh dengan
             keadilan dan cinta kaish sayang itu, buat “ Rajanya bangsa Yahudi” Yesus
             Nazarenus Rex Yodiurum!

             ISLAM.
             Sumber  yang  saya  peroleh  buat  Agama  Islam,  inilah  sumber  hidup.
             Seperti  saya  sudah  lintaskan  lebih  dahulu  dalam  buku  ini,  saya  lahir
             dalam  keluarga  Islam  yang  ta’at.  Pada  ketika  sejarahnya  Islam  buat
             bangsa  Indonesia  masih  boleh  dikatakan  pagi,  diantara  keluarga  tadi
             sudah  lahir  seorang  Alim  Ulama,  yang  sampai  sekarang  dianggap
             keramat! Ibu bapa saya keduanya ta’at dan orang takut kepada Allah dan
             jalankan sabda Nabi.

             Saya  saksikan  ibu  saya  sakit  menentang  malaikat  maut  menyebut  Juz
             Yasin  berkali-kali  dan  sebagian  besar  dari  Al  Qur’an,  diluar  kepala.
             Orang kabarkan bapak saya didapati pingsan sebelah badannya dalam air.
             Dia mau menjawat air sembahyang, sedang menjalankan tarekat, setelah
             bangun sadar, dia bilang dia berjumpa dengan saya yang pada waktu itu
             dinegeri Belanda. Masih Kecil sekali saya sudah bisa tafsirkan Al Qur’an,
             dan dijadikan guru muda. Sang Ibu menceritakan Adam dan Hawa dan
             Nabi  Yusuf.  Tiada  acap  diceritakannya  pemuka,  piatu  Muhammad  bin
             Abdullah,  karena  entah,  karena  apa,  mata  saya  terus  basah
             mendengarnya.  Bahasa  Arab  terus  sampai  sekarang  saya  anggap
             sempurna,  kaya,  merdu  jitu  dan  mulia.  Pengaruhnya  pada  bahasa
             Indonesia  pada  zaman  lampau  tidak  sedikit.  Cangkokan  bahasan  Arab
             pada  bahasa  Indonesia  baik  diteruskan,  karena  lebih  cocok  pada  lidah



             312
   308   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318