Page 374 - Tan Malaka - MADILOG
P. 374

kopi, karet dsb, mesin buat pabrik kain, sepatu, sikat gigi dsb; mesin buat
               kapal,  kertas,  auto,  kapal  dsb.  Jadi  pabrik  ini  ialah  pabrik  “mesin  buat
               bikin  mesin”,  machine  making  machine.  Yang  terpenting  sekali  ialah
               mesin buat membikin pertahanan Negara senapan mesin, meriam, kereta
               kebal, kapal silam dan aero-engine, mesin udara. Tetapi selalu dirombak,
               dilebur  dibentuk  kembali  menurut  pemeriksaan  dan  pendapatan  baru!
               Tiada  jauh  dari  pabrik  ini  didapati  satu  laboratorium  Raya  yang  selalu
               mencari susunan mesin yang baru dan kodrat mesin yang lebih efficient
               dari  yang  sudah-sudah.  Semboyannya  pabrik-raya  ini  “Cakap  demi
               cakap”, more and more efficiency.
               Hak-diri dan perseorangan (private ownership and individualism!) sudah
               tak dikenal lagi dalam pabrik ini. semua mesin bahan dan kodrat mesin
               ini  dipunyai  masyarakat  Aslia.  Klas  Kapitalis  dan  proletar,  golongan
               buruh halus dan kasar sudah lama hilang lenyap. Kaum pekerja otak dan
               tangan, pekerja menurut pembawaan masing-masing, dan masing-masing
               mendapat  upah  melebihi  keperluan  masing-masing.  Memang  Aslia  itu
               kaya,  raya!  Dengan  ilmu  dan  teknik  sebaru-barunya,  pemujaan  harta
               benda  terserah  pada  masyarakat,  penghasilan  dan  pembagian  hasil
               berdasarkan  tolong-bertolong  upah  dan  kehidupan  diatur  menurut
               rencana-pergaulan (social-planning), hasil perusahaan senantiasa berlipat
               ganda, melimpah-limpah laksana danau dimusim hujan

               Saya terpaksa menarik pemuda dan pemudi keluar meninggalkan pabrik
               tadi. Mereka tak putus-putusnya bertanyakan ini itu, meloncat kesini dan
               kesitu.  Setelah  keluar  pabrik  ini,  mereka  bersikeras  mau  mengunjungi
               bermacam-macam  pabrik  lainnya,  terutama  pabrik  yang  bikin  aero-
               engine itu. Tetapi hari sudah petang. Mereka bersikeras mau bermalam
               disana saja. Sebetulnya saya kekurangan alasan buat membantah mereka.
               Untunglah  terdengar  dengungan  mesin  kapal  terbang  yang  hendak
               berangkat.  Mereka  berhamburan  melompat  keluar  pabrik,  menuju
               kelapangan terbang sedikit jauh diluar kota pabrik ini.
               Mereka bergerak berjalan cepat, bersorak menyanyi bersama-sama;

               Sudah dilangit kami melintas

               Terbang melayang kebumi lain
               Namun akal pantang tewas.
               Asal masyarakat terus menjamin.






                                                                                         373
   369   370   371   372   373   374   375   376   377   378   379