Page 370 - Tan Malaka - MADILOG
P. 370

“Bukan dipukul”, sahut tuan tadi. “Anjing ini memang saya besarkan dari
               kecil sekali, dia belum pernah saya tinggalkan. Sebagai satu peralaman
               mempunyai  salah  satu  maksud,  tiga  hari  yang  lampau  dia  sengaja
               ditinggalkan  disini.  Tetapi  menurut  kata  penjaga  apa  saja  dikasihkan
               kepadanya  dia  tolak.  Rupanya  sungguh  air  diminumnya  rasa  duri,  nasi
               dimakan  rasa  sekam.  Baru  ini  saya  kembali  kesini  menjumpai  dia!
               Karena sukarianya tuan sudah dengarkan suaranya tadi, dan taun lihatlah
               pakaian dan kulit kaki dan tangan saya bekas kukunya ................”/

               “Kalau  kesetiaan,  ketaatan  dan  iman  manusia  semacam  ini”  ...............
               kata penghabisan tuannya anjing, ............. yang haram itu.
               Kami tinggalkan tuan ini, menuju ketempat orang berkerumun! Saya dan
               cucu mujur juga, walaupun tersepit-sepit sampai kedekat seorang-orang
               utan,  Penjaga  menceritakan,  bahwa  selang  beberpaa  hari  saja  anaknya
               Orang  Hutan  ini  mati.  Semenjak  ini  ibunya  yang  mati  terus-menerus
               mogok  makan.  Makanan  apapun  disajikan  dia  tiada  mau  melihat,
               jangankan meraba! Sekarang dia menyusui anaknya kedunia baka ............
               Seolah-olah  bergantung  cucu  saya  pada  bibirnya  penjaga,  ketiga
               mendengarkan cerita yang sedih itu. Sebelumnya dia mau bertanyakan ini
               dan  itu,  tetapi  rengkungannya  sudah  sesak,  tak  bisa  berbicara  dan
               matanya basah.

               Hari sudah malam!
               Saya mesti bujuk cucu saya dengan berbagai akal buat kembali pulang.

               Kami  lalui  berjenis-jenis  binatang  yang  terbang  dan  menjalar,  yang
               pandai memanjat dan melompat. Melihat seekor ular yang buruk warna
               kulit  dan  bangun  tubuhnya,  akhinrya  sesudah  begitu  laam  dia  takjub,
               memikirkan nasib ibu orang hutan tadi cucu saya berkata. “Apa guna ular
               jahanam ini dipelihara. Baik dibunuh saja!”.

               “Tak ada  yang suci sendirinya, dan tak ada  yang jahanam sendirinya!”
               Sahut seorang ahli, yang kebetulan mau pulang pula. “Ditaman Raya ini”,
               katanya seterusnya “kita ciptakan, sebisa-bisanya bumi kecil, tetapi besar
               artinya, karena jauh sejarahnya. Disini mesti didapat segala ada, dahulu
               dan sekarang. Kalau bisa segala yang akan timbul. Tumbuhan dan hewan
               yang ada dahulu, Cuma sedikit sekali  yang bisa kita kumpulkan disini.
               Tetapi yang ada sekarang diseluruh dunia taida berapa yang ketinggalan.
               Dan  semua  jenis  ini  yang  ada  ditaman  ini  tiadalah  akan  dimusnahkan,
               tetapi sekali-kali tiada akan dimusnahkan yang satu atau lebih jenis atau





                                                                                         369
   365   366   367   368   369   370   371   372   373   374   375