Page 71 - Buku Referensi Bencana Tanah Longsor Penyebab dan Potensi Longsor
P. 71
58
inkonsistensi yang dihasilkan pada daerah Kota Sukabumi yaitu 0.
10 yang kurang dari 0,1. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai bobot
yang didapatkan dalam metode ini dianggap konsisten karena
memenuhi prinsip AHP di mana konsistensi rasio harus kurang
dari 10% atau 0,1. Sehingga dapat dikatakan bahwa masukan dari
ahli 3 konsisten. Berdasarkan keenam faktor yang digunakan dalam
penelitian ini, masing-masing memiliki parameter yang memiliki
prioritas.
Hasil perhitungan bobot dari ahli 3 diperoleh bobot dari
setiap parameter penyebab bencana tanah longsor yaitu parameter
curah hujan dengan nilai bobot 318, kemiringan lereng bobot 288,
jenis tanah bobot 201, geologi bobot 109, penggunaan lahan bobot
47 dan parameter keberadaan sesar memiliki bobot 36. Kriteria
yang memiliki kepentingan paling tinggi menurut ahli 3 adalah
parameter curah hujan. Parameter curah hujan ini merupakan
parameter dengan nilai peranan paling besar dalam mempengaruhi
terjadinya longsor dengan nilai bobot sebesar 318.
Menurut ahli 4, dalam membandingkan keenam parameter
penyebab longsor yaitu kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah,
penggunaan lahan, keberadaan sesar dan geologi, berpendapat
bahwa parameter kemiringan lereng dan curah hujan diberi skala 1
yang dianggap bahwa kedua parameter tersebut sama pentingnya
dan mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap terjadinya
bencana longsor di Kota Sukabumi.
Parameter kemiringan lereng dan jenis tanah juga diberi skala
1 yang dianggap bahwa kedua parameter tersebut sama pentingnya
dan mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap terjadinya
bencana longsor. Parameter kemiringan lereng dan penggunaan
lahan diberi skala 5 yang dianggap bahwa parameter kemiringan
lereng lebih penting daripada parameter penggunaan lahan.