Page 157 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 157

Mendirikan  Kantor  Berita  “Indonesisch  Persbureau”
            (IPB) yang merupakan  badan  pemusatan  penerangan  dan

            propaganda pergerakan nasional Indonesia  di Den Haag
            (September  1918). Hal tsb. baru  untuk pertama kalinya
            nama “Indonesia” dipakai di suratkabar  negeri Belanda. IPB
            digunakan Suwardi Suryaningkat untuk berkorespondesi
            dengan  suratkabar  di  Indonesia.  IPB melakukan  perlawanan
            melalui berbagai tulisan terhadap rencana Pemerintah Kolonial
            Belanda  membentuk  “Koloniale  Raad”.  Gerakaan  IPB

            mencermikan  keberanian  Suwardi Suryaningrat  di  samping
            ketajaman pemikiran dan kejeliannya melihat kekuatan media
            massa sebagai pembentuk opini publik. Langkah-langkah yang
            digunakan  IPB  menunjukkan  kemampuan  dan  kepandaian
            Suwardi Suryaningrat menggunakan tidak hanya satu alat
            perjuangan, media massa merupakan alat perjuangan di bidang
            politik.
                   Belajar  seni drama dari Herman Kloppers sekaligus
            memperdalam kepiawaiannya dalam seni budaya.

                   Pada  26 Juli 1919  Suwardi Suryaningrat bersama
            isteri  dan kedua puteranya yang lahir di negeri Belanda, yaitu:
            Niken Pandasari Sutapi Asti ( 29 Agustus 1915) dan Subroto
            Aryo Mataram (5 Juni 1917), kembali ke tanah air dan sampai
            di Jakarta 6 September  1919. Kemudian beliau  ke Bandung
            menghadap Pengurus Besar “Nationaal Indische Partij” (NIP).
            Suwardi Suryaningrat kembali menjabat Sekjen Pengurus Besar

            NIP,  sambil memimpin majalah “De Beweging”, “Persatuan
            Hindia”, “ De Express” dan “Panggugah”.


                                Biografi dari Suwardi - Ki Hadjar Dewantara  157
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162