Page 158 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 158

Suwardi Suryaningrat menjadi jurnalis pertama Indonesia
            yang terkena ranjau “delict pers” atas pidato dan tulisannya yang

            pedas dengan hukuman penjara  di Semarang  pada 5 Agustus
            1920. Suwardi Suryaningrat terkena delik pers yang kedua
            kalinya pada November 1920. Ia dituduh menghina Sri Baginda
            Ratu  Wilhelmina,  Badan  Pengadilan,  dan  Pangreh  Praja,  dan
            menghasut untuk meroobohkan Pemerintah  Hindia Belanda.
            Sesudah keluar dari penjara, tidak lama kemudian beliau masuk
            penjara lagi terkena “delict pidato”, dijatuhi hukuman 3 bulan

            dipenjara  di  Mlaten  Semarang,  kemudian  dipindahkan  ke
            Pekalongan.  Walaupun menurut peraturan Pemerintah  Hindia
            Belanda seseorang keturunan bangsawan seharusnya dibedakan
            penjaranya dengan hukuman biasa, namun Suwardi Suryaningrat
            disatukan  dengan narapidana lainnya.  Setelah  dibebaskan,
            Suwardi Suryaningrat kembali menetap di Yogyakarta.
                   Pengetahuan dan pemahaman sejarah sosial pendidikan
            yang memberi pencerahan dan pemikiran Suwardi Suryaningrat,
            jusru ketika  beliau  menjalani  masa pembuangan  di negeri

            Belanda. Di sanalah beliau banyak mempelajari  masalah
            pendidikan  dan pengajaran  dari Montessori,  Dalton, Frobel,
            pesantren,  asrama  dll.  Pergulatan  pemikirannya  tentang
            pendidikan di negeri Belanda, membuat Suwardi Suryaningrat
            pada serangkaian realitas tentang sistem pendidikan yang masih
            dipertahankan para kyai dengan pondok pesantrennya.








            158     Biografi dari Suwardi - Ki Hadjar Dewantara
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163