Page 3 - EVAPORASI
P. 3
pada tekanan vakum untuk meminimalkan kebutuhan panas. Pada proses pendidihan secara alami,
perubahan titik didih sebagai perubahan temperatur dapat ditingkatkan.
Beberapa tipe pendidihan yang berbeda mempunyai koefisien perpindahan panas yang berbeda pula.
Tipe-tipe tersebut adalah:
(1) pendidihan secara konveksi alami
Pendidihan konveksi alami terjadi ketika cairan dipanaskan pada permukaannya. Pada tipe ini,
koefisien perpindahan panas meningkat dengan perubahan temperatur, tetapi relatif lambat.
(2) pendidihan nukleat
Pada pendidihan nukleat terbentuk gelembung-gelembung uap pada interface cairan dan padatan dari
permukaan perpindahan panas. Pendidihan pada tipe ini terjadi dalam sebuah ketel atau reboiler
thermosifon yang digunakan pada proses industri. Koefisien perpindahan panas pada tipe ini lebih
besar
(3) pendidihan film
Pendidihan film terjadi ketika perubahan temperature sangat tinggi dan penguapan terjadi secara
berkesinambungan pada permukaan perpindahan panas. Koefisien perpindahan panas meningkat
seiring dengan meningkatnya perubahan temperatur. Namun, nilai koefisien perpindahan panasnya
lebih rendah jika dibandingkan pendidihan nukleat.
Evaporasi adalah proses pengolahan dengan alat operasi untuk mengurangi kandungan air yang berada
dalam bahan/material. Sistim operasi pada proses evaporasi ini dibagi 2 , yaitu :
Proses evaporasi bisa bekerja pada suhu didih atau pada suhu penguapan dengan tekanan sesuai
dengan tekanan luar sistem (atmosfer).
Proses evaporasi bekerja dibawah tekanan luar (atmosfer) untuk memperoleh efIsiensi terhadap
kebutuhan panas dan mencegah kerusakan pada bahan/produk
Peralatan evaporasi atau evaporator biasanya terdiri dari 2 peralatan yaitu bagian pengatur dari uap yang
dihasilkan dan bagian penghasil panas.
Bagian pengatur tekanan adalah bagian yang mengatur tekanan sistem dari uap yang dihasilkan, misalnya
evaporator bekerja pada tekanan tetap (isobaris) maka uap langsung dibuang dan tekanan sistem sama
dengan tekanan luar, jika uap yang dihasilkan banyak misalnya dengan menampah panas kedalam sistem
maka uap yang dihasilkan langsung dibuang keluar dengan menggunakan alat exhous (penyedot) atau
dengan membuka sistem (isobaris).
B. Evaporator
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah pelarut dari
sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Terdapat dua prinsip dasar cara kerja evaporator, untuk
menukar panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari
tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu menguap), dan
pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam kondenser (untuk diembunkan/
kondensasi) atau ke peralatan lainnya.
Evaporator dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang dipanaskan oleh api yang menyala di
bawah permukaan cairan, dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.
2. Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian langsung dimana api dan pembakaran gas
dipisahkan dari cairan mendidih lewat dinding besi atau permukaan untuk memanaskan.
3. Steam heated evaporator adalah evaporator dengan pemanasan stem dimana uap atau uap lain yang
dapat dikondensasi adalah sumber panas dimana uap terkondensasi di satu sisi dari permukaan
pemanas dan panas ditransmisi lewat dinding ke cairan yang mendidih.
Untuk proses evaporator yang bekerja pada tekanan dibawah tekanan atmosfer (vakum) maka unit
pengatur uap bekerja menyedot tekanan sistem (termasuk uapnya) sehingga dibawah tekanan luar, alat
yang digunakan untuk menyedot (memvakum) ini adalah sebagai berikut:
a. Jet ejector dengan pompa.
b. Barometrik kondensor seperti pada gambar berikut ini.
c. Kompresor vakum dengan sisi in let pada kompresor dihubungkan dengan bagian atas dari sistem
dengan tujuan tekanan sistem menjadi vakum.
2