Page 79 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 79
Gila! Memangnya uang jatuh begitu saja dari langit, atau
disulap dan langsung ada?
Tapi saya berusaha menahan diri, nasib yang dialami
perempuan itu mengingatkan saya pada kondisi saya dua
bulan lalu, sama-sama terjerat hutang. Tapi berbeda, kata
saya dalam hati. Posisi perempuan ini benar-benar di
ujung, antara hidup dan mati putrinya. Saya berpikir keras
untuk berkata-kata seperti apa kepada dirinya. Leni
memandangi saya, entah apa arti sorot matanya itu.
“Mbak Nona,” tegur saya.
“I…iya, pak Ito?” katanya masih sambil terisak.
“Saya tidak punya kesaktian seperti itu, menggandakan
uang seperti sulap. Tapi kalau boleh, saya beritahu satu
cara yang pernah diberitahukan dari seorang kawan.
Mbak Nona punya asuransi?” tanya saya.
“Iya…” Jawabnya.
Leni beranjak pergi ke belakang, masuk ke kamar.
“Dengan bermodalkan kenalan dari rumah sakit, kantor
catatan sipil, serta seorang kerabat yang terpercaya,
mbak Nona bisa bekerjasama memalsukan kematian
mbak Nona, agar bisa melakukan klaim uang
pertanggungan asuransi sepenuhnya.”
“Tapi itu berarti prosesnya akan sedikit lebih lama, pak
Ito,” kata Nona.
77