Page 3 - 1. Modul Bab 9
P. 3

Perang Kemerdekaan pun terjadi di mana-mana  bahkan hampir di seluruh
                        wilayah Indonesia.


                        B.  Usaha-usaha Belanda untuk Menghancurkan RI

                             Pada pertengahan September 1945 rombongan pertama pasukan Sekutu

                        mulai  mendarat.  Mereka  merupakan  bagian  dari  South  East  Asia  Command

                        (SEAC)  di  bawah  pimpinan  Laksamana  Mountbatten.  Untuk  Indonesia  SEAC
                        membentuk  Allieu  Force  Netherlands  East  Indies  (AFNEI)  yang  terdiri  atas

                        pasukan Inggris yang mendarat di Jawa dan Sumatera serta pasukan Australia
                        yang mendarat di luar Jawa dan Sumatra. Pasukan ini bertugas melucuti dan

                        memulangkan tentara Jepang serta membebaskan tawanan perang.

                             Pemerintah RI menerima kedatangan pasukan tersebut dengan  tujuan untuk
                        mendapatkan  pengakuan  pihak  Sekutu  terhadap  RI.  Pada  tanggal  1  Oktober

                        1945,  Letnan  Jenderal  Christison  menyatakan    bahwa  pihaknya  mengakui  (de
                        fakto) pemerintahan Republik Indonesia. Semenjak itu pasukan- pasukan Inggris

                        mulai memasuki kota-kota penting di Jawa dan Sumatera. Namun kemudian timbul
                        ketegangan-ketegangan  baru  antara  pasukan  Inggris  dan  pasukan  RI  yang

                        kemudian  berkembang  menjadi    pertempuran-  pertempuran.  Apalagi  setelah

                        diketahui bahwa kedatangan tentara Inggris itu diboncengi oleh NICA. Sehingga
                        pasukan-pasukan RI tidak hanya menghadapi Jepang tetapi juga Inggris dan NICA

                        (Belanda).

                             Keadaan ini sudah diduga oleh para pemimpin Indonesia. Itulah sebabnya
                        pemerintah  RI  pada  tanggal  5  Oktober  memutuskan  untuk  membentuk  suatu

                        tentara  dengan  nama  Tentara  Keamanan  Rakyat  (TKR).  Selain  itu  pemerintah
                        mengeluarkan  maklumat  bahwa  RI  akan  menanggung  semua  hutang-hutang

                        Nederland Indies. Dengan maklumat ini pemerintah ingin menunjukkan pada dunia
                        luar bahwa RI bukanlah negara    yang  masih  tunduk  pada    Jepang,  tetapi  RI

                        mengakui  tata  cara  negara-negara  demokrasi  barat.  Sebagai  realisasi  dari

                        maklumat  ini  maka  didirikan  sejumlah  partai  dan  dibentuk  satu  kabinet  yang
                        dipimpin  oleh  Perdana  Menteri  Syahrir.  Tugas  kabinet  ini  adalah  menjalankan

                        perundingan-perundingan  dengan pihak  Belanda,  yang  melahirkan perundingan
                        di Linggarjati pada tahun 1946.

                             Sebelum  perundingan    disepakati,  Kabinet  Syahrir  dibubarkan  karena
                        mendapat  kritikan  dari  kelompok  oposisi  yaitu  Tan  Malaka.  Namun  Presiden

                        menunjuk Syahrir  untuk kembali memimpin kabinet.  Dalam  perundingan Kabinet

                        Syahrir II mengusulkan bahwa pada  dasarnya RI adalah  negara yang berdaulat
                        penuh atas  bekas  wilayah Nederland  Indie.  Karena itu  Belanda harus menarik

                        mundur tentaranya  dari  Indonesia.  Mengenai  modal  asing  pemerintah  Republik

                        Indonesia tetap akan menjamin. Selanjutnya  Luitnan   Gubernur Jenderal Hindia
                        Belanda Van Mook mengajukan usul suatu pengakuan atas



                                                                2
   1   2   3   4   5   6   7   8