Page 133 - Sejarah Peradaban Maritim_eBook
P. 133

38Ada penafsiran yang menyatakan bahwa             (1540-1565); Panembahan Bawah Sawo
                   ekspedisi ini bukan penaklukan namun           (1565-1590); dan Panembahan Kota Baru
                   hanya semacam ajakan yang persuasive           (1590-1615), Sultan Abdul Kahar (1615-
                   yang merupakan usaha kerajasama antara         1643); Sultan Agung Abdul Jalil (1643-
                   Singosari dan Melayu untuk menghadang          1665); Sultan Abdul Muhyi gelar Sultan
                   masuknya tentara Kubilai Khan yang akan        Sri Ingologo (16651690); sejak tahun
                   menyerang Nusantara.                           1690 kesultanan Jambi pecah menjadi dua
               39Slamet Muljana, Kuntala, Sriwijaya, dan          bagian karena campur tangan Belanda.
                   Swarnabhumi (Jakarta: Idayu, 1981), hlm.       Sultan Raja Kiai Gedeh (1690-1696)
                   233.                                           yang di angkat oleh Belanda; Sultan Sri
               40O.W. Wolters, “Restudying some Chinese           Maharaja Batu (1690-1721) yang melawan
                   Writings on Sriwijaya”, Indonesia 42 (1986),   penjajah Belanda; Sultan Muhammad Syah
                   hlm. 40.                                       (1696-1740) yang di angkat oleh Belanda;
               41Mai Lin Tjoa-Bonatz, J. David Neidel & Agus      masa Sultan Ingologo (1740-1770) Jambu
                   Widiatmoko, “Early Architectural Images        kembali bersatu; Sultan Ahmad Zainuddin
                   from Muara Jambi”, hlm. Lihat juga John        (1770-1790); Sultan Mas’ud Badaruddin
                   Miksic, “Urbanization and Social Change.       (1790-1812); Sultan Muhammad Mahiddin
                   The Case of Sumatra”, Archipel “Villes         (1812-1833); Sultan Muhammad Fachruddin
                   d’Insulinde II” , Vol. 37 (1989), hlm. 3-29.   (1833-1841); Sultan Abdurrahman
               42Tasman, Menelusuri Jejak Kerajaan Melayu         Nazaruddin (1841-1855); dan Sultan
                   Jambi, hlm. 61.                                Thaha Saifuddin (1855-1904). Setelah itu
               43Van der Meulen, “Suvarṇadvîpa and the            Kesultanan Jambi dihapus oleh Pemerintah
                   Chrysê Chersonêsos”, hlm. 36.                  Kolonial Belanda. Aliyas, “Meninjau
               44Hall, A History of Early Southeast Asia, hlm     Kembali Sejarah Masuknya Islam di Jambi”,
                   33. J. Takakusu, Kiriman Catatan Praktik       hlm. 311.
                   Buddhadharma dari Laut Selatan (Jakarta:   52J. Kathirithamby-Wells, “Hulu-hilir Unity and
                   Direktorat Sejarah dan Niali Budaya, Dirjen    Conflict: Malay Statecraft in East Sumatra
                   Kebudayaan, Kemendikbud, 2014), hlm. 30        before the Mid-Nineteenth Century “,
                   – 34.                                          Archipel, volume 45, 1993. hlm. 77-96
               45 Nia Kurnia Sholihat Irfan, Kerajaan Sriwijaya  53Hall, A History of Early Southeast Asia, hlm.
                   (Jakarta: Girimukti Pasaka, 1983), hlm. 64.    31 – 32.
               46 O.W. Wolters, early Indonesian Commerce     54Takakusu, Kiriman Catatan Praktik
                   (Ithaca, New York: Cornell University Press,   Buddhadharma dari Laut Selatan, hlm. 52.
                   1967), hlm. 269.                           55https://www.kompasiana.com/hafifulha
               47Hall, A History of Early Southeast Asia,         di/59ec3ac7f1334460d36618f2/kisah-
                   hlm. 228 – 231. Lihat juga O. W. Wolters,      tragis-sebuah-kerajaan-secuil-riwayat-
                   “Restudying Some Chinese Writings on           mengenai-kesultanan-jambi (Dikunjungi
                   Sriwijaya”, Indonesia, No. 42 (Oct., 1986),    pad 21 September 2018).
                   hlm. 1-41. Lihat juga J. Kathirithamby-    56Anthony Reid, Southeast Asia in the Age of
                   Wells, “Hulu-hilir Unity and Conflict: Malay   Commerce, Vol. I: The lands below the winds
                   Statecraft in East Sumatra before the Mid-     (New Haven, London: Yale University Press,
                   Nineteenth Century”, Archipel, volume 45,      1988).
                   1993, hlm. 77 – 96.                        57https://www.kompasiana.com/hafifulhadi/5
               48Tasman, Menelusuri Jejak Kerajaan Melayu         9ec3ac7f1334460d36618f2/kisah-tragis-
                   Jambi, hlm. 244 – 245.                         sebuah-kerajaan-secuil-riwayat-mengenai-
               49Tasman, hlm. 276.                                kesultanan-jambi (Dikunjungi pad 21
               50Aliyas, “Meninjau Kembali Sejarah Masuknya
                   Islam di Jambi”, Media Akademika, Vol. 28,     September 2018).
                   No. 3, Juli 2013, hlm. 301 – 317.          58J. Kathirithamby-Wells, “Hulu-hilir Unity
               51Setelah Orang Kayo Hitam lengser, maka           and Conflict: Malay Statecraft in East
                   berturut-turut yang menjadi sultan Jambi       Sumatra before the Mid-Nineteenth
                   adalah: Panembahan Rantau Kapas (1515-         Century”, Archipel, Vol. 45 (1993), hlm.
                   1540); Panembahan Rengas Pandak                77-96. Lihat juga Barbara Watson Andaya,
        132
   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138