Page 12 - TUGAS FLIPBOOK ( TRI WARNI )_Lucid
P. 12
Akan tetapi, ada tokoh pejuang yang mengetahui berita kekalahan Jepang tersebut, yaitu
Sultan Syahrir. Beliau menge-tahuinya melalui berita radio BBC di Bandung. Kemudian, berita
tersebut disampaikan kepada tiga pimpinan bangsa, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr.
Radjiman Wedyodiningrat yang baru saja tiba dari Dallat, Saigon (Vietnam). Akhirnya, Moh. Hatta
mengusulkan supaya pada 16 Agustus 1945 pukul 10.00 PPKI mengadakan sidang guna
menentukan kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, para pemuda berunding dibawah pimpinan
Chairul Saleh dan sepakat untuk mendesak Ir. Soekarno dan Moh. Hatta agar segera menyatakan
kemerdekaan Indonesia yang merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia tanpa harus tergantung
dari bangsa atau negara lain.
Ada sedikit perbedaan paham antara golongan muda
dan golongan tua. Golongan tua (Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta) berpendapat bahwa kemerdekaan akan dilaksanakan
oleh PPKI dan mengingatkan para pemuda untuk
memikirkan resiko yang terjadi apabila kemerdekaan
dilaksanakan tanpa terorganisir dan melalui
Peta daerah Rengasdengklok
permusyawaratan, tetapi kemerdekaan harus dilaksanakan
atau diatur dengan secermat mungkin. Menjelang 16 Agustus
1945, tepat pukul 24.00 WIB di Asrama Baperpi, Cikini 71
Jakarta, para pemuda berkumpul yang dihadiri oleh Sukarni,
Jusuf Kunto, dr. Mawardi, Sudanco Singgih, dan Chairul
Saleh. Mereka sepakat untuk mengasingkan Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta keluar dari Jakarta dengan tujuan untuk
Rumah tempat Soekarno-
menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang.
Hatta diculik
Tepat pukul 04.00 WIB, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda
menuju Rengasdengklok, ebuah kota yang terletak di sebelah timur Jakarta. Dipilihnya kota
tersebut karena letaknya strategis dan dapat dengan mudah untuk mengawasi gerak-gerik tentara
Jepang atau siapa saja yang datang ke Rengasdengklok.
Soekarno-Hatta berada sehari penuh di Rengasdengklok. Upaya pemuda untuk menekan Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak berhasil. Karena wibawa dan kharismatis keduanya, para
pemuda merasa segan untuk melakukan penekanan.