Page 7 - TUGAS FLIPBOOK ( TRI WARNI )_Lucid
P. 7
Pengerahan tenaga kerja paksa (romusha)nmenimbulkan
penderitaan rakyat karena mereka dipekerjakan mulai pagi
buta hingga petang tanpa makanan dan perawatan yang
memadai. Pengerahan tenaga romusha untuk kepentingan
Jepang sebagai salah satu penyebab mobilitas sosial
masyarakat Indonesia. Hampir semua laki-laki yang tidak
cacat diambil sebagai romusha, sedangkan yang wanita juga
Pekerja romusha pada masa
diambil secara paksa sebagai pemuas nafsu pasukan Jepang
pendudukan Jepang
( Jugun Ianfu ).
Dalam situasi perang, setiap daerah harus menerapkan sistem ekonomi autarki yaitu sistem
ekonomi yang mengharuskan setiap daerah berupaya memenuhi kebutuhannya sendiri untuk tetap
bertahan dan mengusahakan memproduksi barang-barang untuk keperluan perang Jepang.
Penyerahan wajib hasil produksi petani kepada pemerintah pendudukan Jepang mengakibatkan
masyarakat kekurangan bahan makanan sehingga kelaparan merajalela.
Perdagangan pada umumnya lumpuh akibat menipisnya persediaan barang, rakyat juga kesulitan
mendapat pakaian yang layak sehingga mereka pun diperintahkan menanam pohon kapas dan
pohon jarak untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pasukan Jepang.
Dalam kehidupan budaya mulai akhir tahun 1942, pemerintah pendudukan Jepang mulai
membentuk badan-badan kebudayaan untuk mengontrol dan menertibkan kegiatan seni dan budaya
di Indonesia. Tujuannya agar karya seni budaya yang dihasilkan mendukung kepentingan perang
Jepang. Selain itu, angkatan perang Jepang pun mengendalikan sepenuhnya media komunikasi
massa seperti surat kabar, majalah, kantor berita, radio dan film.
Pemerintah pendudukan Jepang sangat anti Barat berupaya untuk menghilangkan pengaruh budaya
Barat di Indonesia. Bahasa Belanda dilarang keras penggunaannya oleh pihak Jepang. Sebagai
gantinya bahasa Iepang sengaja disebarluaskan. Demikian juga penggunaan bahasa Indonesia
perkembangannya semakin meluas sehubungan keinginan militer Jepang yang bermaksud
mengerahkan seluruh tenaga bangsa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang meluas ke
seluruh penjuruh Indonesia menjadi sarana komunikasi serta wahana integrasi bangsa Indonesia.
Pada tanggal 1 April 1943 pemerintah pendudukan Jepang
mendirikan Pusat Kebudayaan Jepang (Keimin Bunka Shidoso)
dengan tujuan sebagai alat propaganda Jepang dalam