Page 6 - TUGAS FLIPBOOK ( TRI WARNI )_Lucid
P. 6
Munculnya kritik dan kecaman pada pemerintahan Belanda yang dituliskan dalam buku
Max Havelaar oleh Douwes Dokker menimbulkan adanya kebijakan baru di bidang pendidikan
khususnya bagi bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya terjadi dua aliran yang dibedakan
berdasar bagaimana dan untuk siapa pendidikan itu. Dua aliran tersebut adalah yang pertama,
pendidikan yang bergaya Eropa dengan bahasa pengantar bahasa Belanda yang dikhususkan bagi
kaum elite Indonesia yang dipengaruhi oleh Barat; kedua adalah pendidikan dengan bahasa daerah
sebagai bahasa pengantar bagi golongan-golongan bawah. Dalam bidang pendidikan wanita
mendapatkan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa diterima. Karena kedudukan wanita yang
saat itu masih mengalami budaya pingit, mengakibatkan wanita tidak bisa berkembang. Namun
tokohnya R.A. Kartini melakukan pembuktian pada dirinya sendiri yaitu sebuah emansipasi
dimana wanita berhak mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki. Walaupun ia hanya
memasuki sekolah rendah Eropa di saat banyak bupati konservatif yang menganggap bahwa ide
pendidikan untuk kaum wanita sama sekali tidak dapat diterima.
Seiring berkembangnya waktu, pendidikan semakin berkembang tidak hanya menjadi
wujud balas budi Belanda kepada pribumi. Pendidikan digunakan bangsa Barat untuk memenuhi
kebutuhannya atas tenaga kerja yang dibutuhkan sebagai alat pemerintahan kolonial, pengelola dan
buruh perkebunan atau bisa saja hingga budak. Namun pendidikan Barat inilah yang nantinya akan
melahirkan golongan priyayi / cendekiawan / terpelajar yang mampu membuat sebuah pergerakan
menuju kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia.
B. MASA PENDUDUKAN JEPANG
Kondisi sosial masyarkat Indonesia pada masa pendudukan Jepang sangat menprihatinkan.
Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pendudukan Jepang selama berkuasa di Indonesia.
Keterlibatannya Jepang dalam Perang Dunia II mendorong kebijakan-kebijakannya di Indonesia
pun dikerahkan untuk Jepang untuk memenangkan Perang Dunia II.
Dalam situasi penting, Jepang berkepentingan untuk
membangun berbagai sarana seperti kubu-kubu pertahanan,
jalan-jalan dan lapangan udara. Oleh karena itu diperlukan
tenaga kasar yang disebut sebagai Romusha yang tidak saja
dipekerjakan di Indonesia saja, tetapi di wilayah-wilayah lain
di Asia Tenggara.