Page 15 - Lafran Pane
P. 15
hal-hal besar yang perlu untuk dikenang oleh bangsa Indonesia, salah
satunya adalah orang-orang yang memiliki jasa besar didalamnya.
Lafran Pane merupakan salah satu tokoh pahlawan yang memiliki kontribusi
dalam kemerdekaan negara Indonesia. Ketika Jepang masuk ke Indonesia dan
berhasil mengusir Belanda dari Indonesia, Lafran Pane dan para pemuda
Indonesia lainnya masuk dalam golongan pemuda yang dibina oleh Kaigun.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang telah mengalah pada
Sekutu. Ketika itu Lafran Pane dan pemuda Indonesia lainnya berikrar bahwa
“tidak mau menerima kemerdekaan Indonesia dari Jepang seperti apa yang
dipersiapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI”.
Ikrar tersebut dicetuskan di Jalan Menteng Raya 31 Jakarta. Kondisi pada
saat itu telah merugikan akivitas politik mahasiswa dan pemuda lainnya,
sehingga mereka tidak bebas melakukan diskusi secara terbuka. Karena kondisi
tersebut, diskusi dilakukan di Asrama mereka. Tigaasrama yang terkenal pada
masa kemerdekaan sebagai tempat berdiskusi Lafran Pane dan pemuda lainnya
diantaranya adalah Asrama Menteng Jaya, Asrama Kebon Sirih, dan Asrama Cikini.
Melalui diskusinya para pemuda saat itu termasuk Lafran Pane
kemudian menjadi pemuda generasi 45 yang terus bangkit dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia dengan cara mereka
masing-masing. Menurut Kepala Pusat Mengeksplorasi
Sejarah ABRI Departemen Pertahanan Ke- Komite Van Aksi dibentuk
amanan Brigjen Nugroho Notosusanto dengan tujuan untuk meng
menyatakan, bahwa terdapat empat kelompok himpun unsur-unsur kaum
yang memegang peranan penting dalam muda sesudah proklamasi
proklamasi kemerdekaan 1945. Mereka kemerdekaan. Komite ini
diantaranya adalah, kelompok satu adalah utusan laskar per
disebut dengan “golongan tua” yang didalamnya juangan yang terdiri dari
diantaranya Soekarno, Hatta, dan PPKI. Angkatan Pemuda Indonesia,
Kelompok dua adalah golongan mahasiwa atau Barisan Rakyat Indonesia,
pelajar, mereka kebanykan tinggal di Asrama dan masih banyak lainnya.
Mahasiswa Kedokteran dan Asrama Cikini yang
juga menjadi markas Badan
Permusyawaratan Pemuda Indonesia (BAPERPI). Kelompok tiga
adalah kelompok Pengusir Tentara Asing, meskipun tidak semua
anggota PETA masuk dalam kelompok ini. Kelompok empat adalah
“golongan campur aduk” yang saat itu bermarkas di Menteng Raya 31.
Keempat kelompok diatas, Lafran Pane dan pemuda lainnya masuk dalam
golongan yang keempat. Golongan campur aduk merupakan gabungan pemuda
Lafran Pane 13