Page 104 - Pembelajaran Vokasi di Perguruan Tinggi - Agunawan Opa
P. 104

Penerapan  vokasi  di  dunia  pendidikan  Indonesia  dianggap
                     belum maksimal. Kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
                     maupun  politeknik  tak  selalu  memenuhi  kualifikasi  penyedia  kerja
                     sehingga masih banyak pengangguran. Hal ini terlihat pada  jumlah
                     pengangguran  yang  justru  di  SMK  tingkat  penganggurannya  lebih
                     tinggi dari pada lulusan SMA. Pada dasarnya, hal ini bukan kesalahan
                     pemberi  kerja.  Sebab,  di  perusahaan  manapun  ingin  sumber  daya
                     manusia yang layak diupah sesuai kebutuhan mereka.

                            Penyebabnya  bisa  saja  terkait  kompetensi  orang  tersebut
                     kurang,  atau  kurikulumnya  yang  bermasalah. Misalnya,  ada  lulusan
                     SMK jurusan listrik yang melamar pekerjaan bidang kelistrikan juga.
                     Meski bidang yang diambil sama, tapi ternyata kemampuan lulusan
                     tersebut dianggap kurang oleh pemberi kerja sehingga gugur. Lulusan
                     tersebut merasa apa yang dibutuhkan perusahaan tersebut tak pernah
                     dipelajari atau didalami sebelumnya semasa menempuh pendidikan.

                            Bisa  jadi  saat  SMK  praktiknya  kurang,  kesempatan
                     mengembangkan diri saat magang terbatas, bisa juga karena kualitas
                     guru  yang  tidak  memadai  jika  tenaga  pengajar  yang  menggunakan
                     kurikulum lama untuk vokasi sehingga sudah tidak revelan lagi saat ini.
                     Kesalahan lainnya juga ditemukan saat siswa atau mahasiswa vokasi
                     melakukan  magang  atau  praktik  kerja  lapangan.  Sejumlah  instansi
                     pemerintah maupun perusahaan swasta membuka lebar kesempatan
                     kepada anak didik untuk mencicipi dunia profesional sebelum benar-
                     benar terjun ke lapangan kerja.

                            Melalui Kementerian Keuangan mulai tahun 2019 pemerintah
                     akan  fokus  merevitalisasi  pendidikan  vokasi.  Selain  untuk
                     meningkatkan kualifikasi SDM dalam dunia kerja, pendidikan ini juga
                     dikembangkan agar relevan dengan kebutuhan industri yang menjadi
                     motor  penggerak  ekonomi.  Sayangnya,  data  BPS  menunjukkan
                     masyarakat berpendidikan SMK menyumbang angka pengangguran
                     tertinggi sebesar 11,2 persen per Agustus 2018.

                            Hal  ini  mungkin  disebabkan  masih  rendahnya  penghargaan
                     terhadap lulusan vokasi masih rendah, baik yang dari SMK maupun



                                                      93
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109