Page 74 - Pembelajaran Vokasi di Perguruan Tinggi - Agunawan Opa
P. 74
dengan relevansi pendidikan di perguruan tinggi, tentu akan
menambah jumlah lulusan yang tidak terserap di dunia kerja akibat
ketidakmampuan memenuhi persyaratan yang digariskan pangsa
pasar tenaga kerja. Kompetensi ini sudah menjadi tuntutan, baik
sebagai pekerja maupun wiraswasta mandiri terutama dari aspek
teknologi informasi.
Tingkat kemandirian para lulusan perguruan tinggi masih
rendah baik untuk tingkat diploma maupun sarjana, masih banyak
yang kurang siap menghadapi tuntutan kompetensi yang
dipersyaratkan dunia usaha dan industri, termasuk pula untuk
menciptakan lapangan kerja secara mandiri. Permasalahan ini kalau
tidak segera diantisipasi tentu akan berdampak pada makin
meningkatnya jumlah pengangguran. Untuk itu, konsep pendidikan
kejuruan yang berorientasi pada dunia kerja nampaknya dapat
dipertimbangkan untuk diadopsi oleh perguruan tinggi.
Bambang Budiyono (2001:7), memberikan pengertian bahwa
“Konsep pendidikan kejuruan yang berorientasi pada dunia kerja
didasarkan atas kebutuhan tenaga kerja di dunia industri dimana
perencanaan ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dari dunia
pendidikan. Program kebutuhan pasar kerja seharusnya dirancang
secara terintegrasi dengan memperhatikan tujuan dan kebutuhan
dunia usaha dan dunia industri”.
Senada dengan hal tersebut, dalam acara Fasilitasi Hubungan
Kehumasan Kemendikbud, Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
(BKLM) di Kuta, Bali. Kepala BKLM Ade Erlangga mengungkapkan
kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayan, Nadiem Anwar
Makarim bahwa untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia yang
terdiri dari 5 kebijakan tampaknya perlu disoroti secara lapang dada,
karena tidak semua orang bisa setuju terhadap kebijakan-kebijakan
tersebut. Kelima kebijakan meliputi:
1. Prioritaskan pendidikan karakter dan pengamalan Pancasila.
2. Potong semua regulasi yang menghambat terobosan dan
peningkatan investasi.
63