Page 127 - TOKSOPLASMOSIS-pada-Hewan
P. 127
menggunakan DNA parasit yang minimal, misalnya lebih kecil dari
10 pikogram, maka dapat terdeteksi adanya toksoplasma. Pada kasus
toksoplasmosis, telah dapat digunakan material dengan jumlah hanya
2 oosista saja.
Teknik diagnosa yang banyak dipakai di laboratorium klinik,
adalah serologis dan deteksi langsung toksoplasma pada kultur jaringan.
Namun demikian, teknik ini sering kurang sensitif. Sedangkan untuk
suatu hasil yang lebih sensitif membutuhkan waktu sekitar 6 minggu.
Selain itu, konfirmasi hasil serologis terhadap toksoplasmosis yang
masih aktif juga memiliki kendala. Sebagai contoh pada penderita
yang imunokompeten dengan toksoplasmosis limfadenopati, respon
IgM mungkin ada (Brooks, 1987). Tidak adanya respon IgM
pada kelahiran baru mungkin disebabkan ketidaklengkapannya
proses pemasakan dari sistem respon imun yang untuk lengkapnya
menuntut uji lebih lanjut selama beberapa bulan, sebelum diagnosa
toksoplasmosis diteguhkan.
Mengingat keterbatasan tersebut di atas, diagnosa dengan
menggunakan PCR memiliki potensi yang besar dan sangat bermanfaat
sebagai alat diagnosa toksoplasmosis aktif dengan sensitivitas dan
spesivitas yang tinggi. Teknik PCR ini telah dapat digunakan untuk
mendeteksi toksoplasmosis pada manusia dengan bahan pemeriksaan
yang diambil dari cairan serebrospinal darah (Dupon et al., 1995).
Hasil akurat dari PCR, ini telah diuji kembali dengan menginokulasi
jaringan yang diduga terinfeksi pada hewan percobaan dan membuat
preparat histopatologisnya. Dengan demikian, metode diagnosa ini
sangat sesuai untuk diagnosa toksoplasmosis kongenital dan pada
pasien penderita AIDS (Gross et al., 1992).
Nurcahyo et al., 2012 mengembangkan teknik PCR memakai
primer spesifikuntuk diagnosis awal toksoplasmosis. Primer yang
digunakan pada penelitian tersebut adalah rDNA, P30, and B1.
Toksoplasma dapat terdeteksi pada 500 bp dan 600 bp menggunakan
118 Toksoplasmosis pada Hewan