Page 87 - TOKSOPLASMOSIS-pada-Hewan
P. 87
toksoplasmosis akut, namun masih memiliki konsentrasi yang rendah,
sehingga kurang memberikan respon dalam deteksi antigenemia atau
tidak bermakna untuk deteksi antigenemia.
Dari gambaran klinis toksoplasmosis kongenital yang diperoleh
selama periode kehamilan, maka infeksi pada fase ini merupakan
yang paling berbahaya. Infeksi yang terjadi secara intra uterin jarang
terjadi dan kebanyakan berlangsung sebagai suatu infeksi subklinis.
Toksoplasmosis yang terjadi setelah bayi lahir, secara umum tidak
akan menimbulkan suatu penyakit yang serius. Manifestasi klinisnya
memang sangat bervariasi, tergantung pada virulensi dari galur dan
lokasi parasit. Bentuk klinis yang paling sering terjadi adalah bentuk
limfatik yang tidak lain adalah bentuk limfadenopati.
Suatu infeksi toksoplasmosis yang terjadi pada manusia dapat
atau tidak berkembang lebih lanjut menjadi infeksi klinis, tergantung
pada status imunologis pada saat infeksi terjadi. Sehingga pada
toksoplasmosis dikenal adanya kerentanan dari masing-masing
individu. Pada pasien yang menderita AIDS, atau pada kondisi yang
imunosupresif akibat adanya infeksi bersama dengan penyakit lain,
infeksi akan berkembang menjadi toksoplasmosis serebralis akut.
Untuk itu pengobatan harus dilanjutkan untuk jangka waktu yang
lama agar dapat mempertahankan respon klinik (Wanke et al., 1987).
Patogenesis pada toksoplasmosis akut berkaitan erat dengan
imunitas kompleks yang secara bersamaan akan timbul bersama gejala
klinisnya. Hal ini dapat dideteksi dengan melihat aktivitas serumnya.
Kompleksitas dari pembentukan imun ini terjadi dengan adanya ikatan
reseptor pada permukaan limfosit dan fagosit yang akan berpengaruh
pada respon imun humoral dan seluler (Frenkel, 1988).
Peran mekanisme respon kekebalan seluler pada toksoplasma
adalah sangat penting. Peranan tersebut tidak lepas dari aktivitas sel
T, bersama pelepasan limfokin dan aktifasi dari sel NK setelah infeksi
78 Toksoplasmosis pada Hewan