Page 88 - TOKSOPLASMOSIS-pada-Hewan
P. 88
toksoplasma tersebut terjadi. Limfokin dari sel T, IFN-Ó, menunjukkan
peranannya dalam mengaktifkan makrofag untuk membunuh
toksoplasma, menghambat pertumbuhan parasit tersebut pada media
fibroblas dan mengaktifkan sel NK yang terjadi selama toksoplasmosis
akut (Shirata et al., 1980). Selain itu, limfokin sel T yang lainnya, yaitu
interleukin-2 (IL-2) menunjukkan aktivitas protektifnya pada infeksi
takizoit secara in vivo (Sharma et al., 1985). Secara in vitro, produksi
Tumor Necrosis Factor (TNF), yang disekresikan sebagai akibat dari
aktifasi makrofag dan produksi interleukin 1 (IL-1) berperan penting
untuk modulasi respon imun hospes terhadap infeksi toksoplasmosis
(Chang et al., 1990). Lebih lanjut, produksi TNF tersebut akan
merangsang aktivitas anti-toksoplasma dari makrofag.
Secara umum suatu infeksi toksoplasmosis yang terjadi pada
kucing akan memberikan suatu respon kekebalan yang berlangsung
mulai dari saat pelepasan oosista, terjadi reinfeksi kembali hingga
tingkatan tertentu dari reinfeksi. Setelah reinfeksi berlangsung
beberapa minggu kemudian, kucing akan mengeluarkan kira-kira
hanya 11% oosista saja. Kekebalan ini akan berlangsung hingga kira-
kira selama 2 tahun. Pada kucing yang lebih tua, diduga terdapat
respon kekebalan yang lebih baik dibanding pada anak kucing atau
kucing muda yang ternyata lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi
oosista pada anak kucing akan mengakibatkan eliminasi oosista-
oosista yang lebih banyak dibanding pada kucing dewasa dengan
dosis infeksi yang sama. Adanya titer antibodi dalam serum kucing
tersebut menunjukkan adanya kekebalan yang sedang berlangsung
(Dubey dan Beattie, 1988).
Hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya perbedaan dalam
virulensi strain-strain toksoplasma masih sangat sedikit informasi.
Dari penelitian yang dilakukan di Jerman oleh Rommel et al. (1987)
menunjukkan bahwa perbedaan virulensi dari galur-galur yang ada pada
toksoplasma sebenarnya lebih berkaitan dengan perkembangannya
Toksoplasmosis pada Hewan 79