Page 89 - TOKSOPLASMOSIS-pada-Hewan
P. 89
di dalam tubuh hewan-hewan percobaan. Sedangkan pada infeksi
alami, perbedaan galur ini mungkin tidak begitu berperan. Pada
hewan percobaan, suatu galur kemungkinan akan dapat berkembang
lebih cepat sehingga hewan tersebut akan mati dalam waktu yang
singkat sebelum sistem kekebalan tubuh terbentuk.Apabila galur
tersebut dicoba pada hewan percobaan jenis lain akan menunjukkan
hasil yang berbeda, parasit berkembang lebih lambat, hewan mampu
mengendalikan infeksi dan kekebalan lambat laun akan terbentuk.
Toksoplasma yang diisolasi dari hewan percobaan memang biasanya
kurang virulen. Dengan demikian apabila galur tersebut diberikan
pada hewan percobaan akan menjadi kurang infektif dan tidak
menunjukkan gejala klinis yang berarti. Di samping kemampuan dari
toksoplasma untuk menghambat pelepasan lysosoma dan fagosoma
dalam makrofag, aktifasi sel supresor melalui antigen toksoplasma
dilihat sebagai faktor pemicu terjadinya virulensi. Faktor lain adalah
adanya aktivitas interferon yang berperan dalam pertumbuhan dan
pengaturan stadium bradizoit dari toksoplasma yang dapat dihambat
melalui induksi interferon maupun pembentukan substansi-
substansinya. Penelitian di atas ternyata berbeda dengan hasil
penelitian yang dilaporkan Ware dan Kasper (1987), karena perbedaan
virulensi dari galur toksoplasma tetap ada, meskipun hanya dilaporkan
pada galur toksoplasma manusia (Rh strain). Galur ini diperoleh dari
jaringan manusia yang terinfeksi pada tahun 1941 dan secara terus
menerus dipelihara melalui passage pada tikus atau membiakkannya
dalam biakan fibroblas manusia (Sabin, 1941). Pada perbedaan galur
yang terjadi ini lebih berhubungan dengan ada tidaknya pelepasan
ikatan glikosilasi dari antigen P22 dan P30 yang mungkin hilang
pada setiap aktivitas passage (Ware dan Kasper, 1987). Jadi, variasi
antigen kemungkinan besar terjadi di dalam infeksi toksoplasmosis.
Meskipun demikian adanya diferensiasi imunogenik pada galur Rh
ini masih belum terpecahkan.
80 Toksoplasmosis pada Hewan