Page 213 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 213

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                       Demikianlah,  Sjafei  dikenang  sebagai  tokoh  pendidikan  yang
                dalam  perjalanan  hidupnya  selalu  menerapkan  ajaran  dan  prinsip
                “berdiri sendiri” yang dicontohkan oleh Ki Hajar Dewantara, termasuk
                dalam  mengelola  lembaga  pendidikan  yang  ia  kelola,  Indische
                Nationale School (INS) Kayutanam. Dalam memimpin sekolahnya, ia
                akan menolak secara keras bantuan dari luar, terutama bila bantuan
                tersebut bersifat mengikat dan tidak memberinya kebebasan. Semua
                bangunan  dan  fasilitas  sekolah  adalah  hasil  buah  karya  dan
                                                     43
                kemandirian murid-muridnya sendiri.
                       Setelah  Jepang  menduduki  Indonesia,  Syafei  masuk  politik.
                Pada 1946 ia diangkat menjadi menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
                Kebudayaan  (PP  dan  K)  dalam  Kabinet  Syahrir  yang  kedua
                menggantikan  Todung  Sutan  Gunung  Mulia.  Kemudian  ia  menjadi
                anggota  Dewan  Pertimbangan  Agung,  dan  pada  1950  menjadi
                anggota  parlemen.  Ia  pernah  mendapatkan  gelar  Doctor  Honoris
                Causa  dari  IKIP  Padang  pada  tahun  1968.  Syafei  meninggal  dunia
                pada tanggal 5 Maret 1969.


                3.12. Cita-Cita dan Pandangan Syafei tentang Pendidikan
                       Sebagai tokoh pendidikan, falsafah pendidikan Syafei banyak
                dipengaruhi oleh pandangan Kerschensteiner dan John Dewey (aliran
                Sekolah  Kerja).  Dalam  pandangan  Syafei,  anak-anak  didik  perlu
                belajar  bekerja,  agar  mereka  pandai  dan  cakap  mempergunakan
                tangannya  selain  memakai  otaknya.  Peserta  didik  harus  diajarkan
                suatu  pekerjaan  yang  sesuai  dengan  pembawaan  dan  kemauannya
                demi  hidupnya  di  masa  depan.  Pandangan  Syafei    tersebut
                merupakan  reaksi  terhadap  sekolah  kolonial  yang  mempersiapkan
                murid  untuk  menjadi  buruh  pada  kantor-kantor  pemerintah  atau
                perusahaan-perusahaan  milik  orang  asing.  Sebagaimana  KH
                Dewantara,     Syafei   menetang     intelektualisme   yang    hanya
                mementingkan aspek akal (pengetahuan) saja. Menurutnya, manusia
                sebagai  kesatuan  jiwa  raga,  kesatuan  individu,  dan  anggota
                masyarakat seharusnya diperhatikan perkembangannya. Pendidkan,




                                                                                 201
   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218