Page 241 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 241

diperkuat  kepulangan  sejumlah  ulama  dari  Timur  Tengah  setelah
                mereka  berguru  kepada  Akhmad  Khatib,  bapak  kaum  pembaharu
                Islam  Indonesia.  Lebih  dari  itu,  penyebaran  gagasan  pembaharuan
                Islam  juga  dilakukan  melalui  jurnal  al-Munir  (terbit  1911-1916),
                menggantikan  al-Imam  yang  sebelumnya  terbit  di  Singapura  (1906-
                1908).  Jelasnya,  Sumatra  Barat  telah  memegang  peran  demikian
                sentral  dalam  gerakan  pembaharuan  Islam  di  Indonesia,  sebagai
                daerah  pertama  yang  menyangga  proses  transmisi  gagasan
                                                              73
                pembaharuan dari Timur Tengah ke Indonesia.
                       Kondisi  sosial  sebagaimana  dijelaskan  di  atas  itulah  yang
                mendasari gerakan kemajuan untuk kaum perempuan oleh Rahmah.
                Dia  berusaha  menjadikan  perempuan  bisa  terlibat  dalam  arus
                perubahan  tersebut;  menjadikan  kaum  perempuan  terbebas  dari
                kebodohan  yang  telah menghalangi  mereka  sama-sama  menempuh
                jalan  kemajuan  bersama  kaum  laki-laki.  Cita-cita  Rahmah  adalah
                mencerdaskan  kaumnya  yang  “masih  tercecer  dalam  bidang
                pendidikan  dan  pengetahuan”.  Dan  perubahan  sosial-budaya  di
                Sumara Barat semakin mendorongnya untuk berbuat secara konkrit
                bagi  kemajuan  perempuan.  Bagi  Rahmah,  pendidikan  merupakan
                kebutuhan  yan  tidak  lagi  bisa  ditawar  bagi  perbaikan  nasih
                perempuan. Dia menulis sebagai berikut:


                        Kalau saya tidak mulai dari sekarang, maka kaum saya akan
                        tetap  terbelakang.  Saya  harus  mulai,  dan  saya  yakin  akan
                                                                  74
                        banyak pengorbanan dituntut dari diri saya.


                       Ungkapan  tersebut  tidak  saja  menandai  tekad  kuat  Rahmah
                untuk membangun lembaga pendidikan bagi kaum perempuan, tapi
                sekaligus  merefleksikan  kebangkitan  seorang  Rahmah  el-Yunusiah
                untuk berjuang menentukan kaumnya yang masih tercecer dari ilmu
                pengetahuan.  Dalam  hal  ini,  seperti  halnya  Kartini  di  tanah  Jawa,
                Rahmah  menyadari  nasib  yang  telah  diderita  kaumnya  yang
                senantiasa berada jauh di belakang kaum laki-laki. Hanya saja, pilihan



                                                                                 229
   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246