Page 243 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 243

kaumnya  jauh  tertinggal  dari  laki-laki.  Kaum  perempuan  berada
                dalam  kejahilan  dan  kepasrahan  kepada  keadaan;  sehingga
                masyarakat pada umumnya, termasuk perempuan, menganggap diri
                mereka makhluk yang lemah dan terbatas.

                       Hal  tersebut  di  atas  dialaminya  sendiri  bersama  ketiga
                kawannya  yang  turut  aktif  belajar  di  surau,  dimana  di  majelis  ini
                hanya  dihadiri  oleh  kaum  lelaki.  Begitu  pula  ketika  ia  menghimpun
                ibu-ibu muda untuk belajar di sekolah yang baru ia dirikan, ia tidak
                luput dari cemoohan orang: “mana pula perempuan akan mengajar,
                akan  menjadi  guru…mengepit  buku…tidak  ke  dapur.  Daripada
                mengepit-ngepit  buku,  membuang-buang  waktu…akhirnya  akan  ke
                                                        77
                dapur juga, lebih baik dari kini ke dapur.”
                       Bagi  Rahmah,  ketidaksetaraan  kepandaian  perempuan
                dengan  laki-laki  disebabkan  karena  mereka  tidak  mendapatkan
                kesempatan  belajar  yang  sama  dengan  laki-laki.  Hal  ini  ia  rasakan
                ketika  belajar  di  Diniyah  School  dengan  sistem  koedukasi;  murid
                perempuan  kurang  mendapatkan  penjelasan  agama  secara
                mendalam  tentang  persoalan  yang  berkaitan  dengan  perempuan.
                Guru-guru laki-laki tidak berterus terang mengupas pelajaran agama,
                di  sisi  lain,  murid  perempuan  pun  enggan  bertanya  padahal
                                                                        78
                perempuan memiliki persoalan yang kompleks dan rumit.
                       Dalam  arti  yang  lain,  dapat  dikatakan  bahwa  cita-cita  dan
                gagasan  Rahmah  el-Yunusiyah  tentang  pentingnya  pendidikan  bagi
                kaum perempuan mungkin lebih dipengaruhi faktor individualitasnya
                dimana  ia  memperoleh  pengalaman  dan  capaian  pendidikannya
                dengan  usahanya  sendiri.  Meskipun  Rahmah  hanya  sempat
                mengecap  pendidikan  dasar  di  Padang  Panjang,  studinya  yang
                mendalam  terhadap  agama  adalah  sesuatu  yang  tidak  lazim  bagi
                seorang perempuan pada awal abad kedua puluh di Minangkabau. Ia
                memperoleh  pendidikan  melalui  pengaturan  khusus  dengan
                beberapa ulama modemis yang terkemuka, dalam pola kaum muda
                di  zamannya.  Selain  itu,  Rahmah  belajar  kerumahtanggaan  dengan
                seorang  bibi  maternal,  dan  mempelajari  soal  kesehatan  dan
                pemberian pertolongan pertama di bawah bimbingan enam orang



                                                                                 231
   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248