Page 255 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 255
kunjungan khusus ke perguruan ini. Di kemudian hari ia mengambil
sistem pendidikan Diniyah Puteri untuk mahasiswanya. Pada saat itu,
al-Azhar Kairo belum memiliki lembaga pendidikan khusus untuk
perempuan. Tak lama setelah itu berdirilah Kulliyat al-Banat, sebagai
bagian dari Universitas al-Azhar, Cairo. Sebagai penghargaan,
Rahmah diundang berkunjung ke universitas tersebut. Dalam
kunjungan balasannya (1957) yang dilakukan sepulang ibadah haji,
Rahmah dianugerahi gelar Syaikhah oleh al-Azhar Kairo. Dengan gelar
tersebut, kedudukan Rahmah setara dengan Syeikh Mahmoud
Syaltout, mantan Reckor al-Azhar yang pernah berkunjung ke
Indonesia tahun 1961. Hamka, yang mengaku sebagai adiknya, sangat
mengaguminya dan mengatakan bahwa gelar tersebut biasanya
dikenakan bagi laki-laki pakar ilmu agama (syeikh).
Sepengetahuannya, selama beberapa ratus tahun ini, hanya Rahma
yang memperoleh gelar tersebut di dunia Islam. 106
Atas jasa besar Rahmah dalam mendidik kaum perempuan
dan perjuangannya memimpin masyarakat, orang-orang terkemuka
pada zamannya telah member Rahmah gelar “Kartini dari Perguruan
Islam” dan “Kartini Gerakan Islam”. Bahkan, menurut keterangan
Aisyah Aminy, Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) telah
memasukkan nama Rahmah el-Yunusiah dalam deretan Pahlawan
Nasional yang telah diakui secara resmi oleh pemerintah. 107
Demikianlah, dengan apa yang telah dilakukannya, Rahmah
mungkin bisa disebut sebagai perempuan Muslim pertama di awal
abad ke-20 yang secara tegas menyuarakan perlunya kemajuan untuk
kaum perempuan, khususnya di Sumatra Barat. Lebih dari itu,
Rahmah bisa menyaksikan bagaimana cita-cita kemajuan tersebut
diwujudkan dalam bentuk lembaga pendidikan yang didirikannya
khusus untuk kaum perempuan. Baik Diniyah School Putri (Madrasah
Diniyah li al-Banat) maupun lembaga pendidikan lain yang di bangun
semua menjadi wujud perjuangan Rahmah untuk memberi
pendidikan, dan selanjutnya meningkatkan derajat kaum perempuan
di Indonesia.
243