Page 35 - Filsafat Ilmu dan Rekonstruksi Teori - Syarifuddin
P. 35
kritik, di mana kritik yang dilontarkan bermacam-macam, mulai dari keraguan
tentang kegiatan ahli ilmu sosial karena "tidak mungkin" sampai pada kebenaran
pasti. Pembahasan ini mencoba memberikan gambaran terhadap pokok
permasalahan penting yang disuarakan oleh para kritikus yang ragu terhadap status
keilmuan dari ilmu-ilmu sosial.
Argumentasi mereka yang berpendapat bahwa gejala sosial adalah terlalu
rumit untuk diselidiki secara keilmuan, suatu kritik yang kadang-kadang dimulai
dengan suatu pendapat bahwa hukum ilmu-ilmu sosial, jika memang ada, paling
jauh hanya berupa "semata-mata kemungkinan". Kadang orang menganggap
bahwa kegagalan ilmu dalam menerapkan hukum yang non-probabilitas adalah
disebabkan oleh rumitnya gejala yang harus dihadapi, suatu hal yang kontras sekali
bila dibandingkan dengan bidang keilmuan dari disiplin-disiplin lain yang lebih
beruntung. Adakah dasar bagi kritik ini?
Sebenarnya kritik ini agak sukar untuk dinilai karena beberapa kritikus yang
melontarkannya mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Sebagai contoh,
beberapa kritikus tidak saja menyerang rumitnya gejala sosial sebagai dasar untuk
menyimpulkan bahwa ilmu-ilmu sosial adalah tidak mungkin, namun juga
menyerang ilmu yang me- nurut mereka tidak mungkin karena rumitnya suatu gejala.
Dalam hal ini maka bukan hanya perilaku manusia yang terlalu kompleks, namun di
dalamnya juga termasuk ilmu yang bukan sosial, seperti liku-liku dari pola sehelai
daun, permainan cahaya dan bayang-bayang. Ada baiknya untuk meninggalkan
thesis tersebut sebelum mempelajari tuduhan serupa yang hanya menempatkan
ilmu-ilmu sosial dalam suatu kedudukan yang kurang menguntungkan ini.
Sedangkan untuk ilmu humaniora, Elwood mendefinisikan 'humaniora' sebagai
seperangkat perilaku moral manusia terhadap sesamanya. Ia juga percaya bahwa
definisi ini juga mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai
kedudukan di dalam ekosistem, namun sekaligus juga amat tergantung pada
ekosistem itu dan dia sendiri merupakan bagiannya. Oleh karena itu, pengertian
humaniora menjadi hubungan trisula atau bercabang tiga, yakni: (1) Hubungan
manusia dengan sang Khalik; (2) Hubungan manusia dengan sesamanya, dan
dengan alam; (3) Hubungan manusia dengan alam baik makhluk yang jasad-jasad
hidup, maupun benda-benda mati.
Argumentasi mengenai ketidakmungkinan semua ilmu maupun ilmu sosial
ditinjau dari segi deskripsi yang kasar, keunikan maupun objek, abstraksi,
pemutarbalikan penelaah keilmuan dan ketidakmampuan untuk menangkap
kenyataan, semua didasarkan untuk menangkap kenyataan, yang umumnya
didasarkan pada anggapan salah tentang hakikat ilmu.
24