Page 46 - Filsafat Pendidikan Vokasi dan Kejuruan - Amran Amiruddin
P. 46
Pragmatisme rekonstruksionis strand menyatakan
bahwa tujuan TVET adalah melakukan transformasi
masyarakat menuju masyarakat demokratis,
membangun masyarakat belajar, organisasi belajar,
bersifat proaktif, tidak mengekalkan diri pada praktik-
praktik dunia kerja yang ada saat ini. Mengadopsi isu-
isu dan masalah-masalah ketidakadilan dan
ketidakmerataan pekerjaan, mendukung pendidikan
kewirausahaan (Putu Sudira,at,all 2016: 29).
Filosofi esensialisme memiliki keterkaitan
dengan pendidikan teknologi dan kejuruan. Filosofi
esensialisme mengarahkan tujuan pokok TVET untuk
memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja. Filosofi
esensialisme mendudukan TVET dalam kaitannya
dengan efisiensi sosial. Kurikulum dan pembelajaran
dikembangkan berdasarkan kebutuhan bisnis dunia
usaha dan industri. TVET diukur dari nilai balik
investasi pendidikan sebagai investasi ekonomi. Teori
Human Capital meneguhkan manusia sebagai modal
utama pembangunan sehingga harus dididik dan
dilatih agar mampu berkompetisi dalam pasar kerja.
TVET dianggap berhasil bila nilai baliknya melebihi
nilai investasi yang dikeluarkan, jika tidak maka
dianggap gagal. Aliran esensialisme memisahkan
antara sistem pendidikan akademik dan vokasional.
Di Indonesia KKNI memisahkan pendidikan
akademik dan vokasional (Putu Sudira, 2016: 28).
Aliran eksistensialisme yang menganggap individu
adalah semata-mata bertanggung jawab untuk
memberikan makna kehidupan sendiri. Aliran
eksistensialisme menganggap bahwa manusia sangat
ditentukan oleh tindakan dan pengalamannya.
Eksistensialisme melandasi pembelajaran pendidikan
kejuruan yang erat dengan kegiatan praktik untuk
39