Page 22 - Misteri di Hutan Rimba
P. 22
“Mudah-mudahan aku masih bisa menemukan
saudarimu dan menolongnya dari tangan para penculik itu,”
jawab induk kerbau. “Engkau tunggu di sini, jangan sekali-
kali keluar rumah.”
“O, Ibu, aku sangat takut. Lebih baik aku ikut Ibu saja.”
“Jangan. Berbahaya kalau kau dilihat manusia. Lebih
baik kau diam menungguku di sini. Jangan sekali-kali
melanggar pesanku.”
Induk kerbau itu lalu keluar rumahnya. Dengan
langkah penuh kecemasan, induk kerbau itu menuju ke
tempat perkemahan yang dilihatnya kemarin. Ia berharap
akan menemukan anak gadisnya di sana. Akan tetapi, betapa
terkejutnya induk kerbau melihat yang ada hanya bekas
perkemahan. Pikirannya kacau dan hatinya tidak tenang.
Dengan memanfaatkan ketajaman penciumannya, induk
kerbau terus menelusuri jejak-jejak si penculik.
Di balai desa induk kerbau melihat orang-orang tengah
berkumpul. Ia pun segera mendekatinya, dan berusaha
mendengarkan perbincangan orang-orang itu.
“Tadi siang, Sultan Salehudin kembali berburu tanpa
pengiring. Beliau lewat di depan desa kita, hanya diiringi
oleh Mangkubumi,” kata salah satu yang berkumpul di balai
desa itu. Begitulah perbincangan orang-orang di balai desa.
15