Page 27 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 27
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
Gejala itu tampak dalam pendapat J. C. van Leur tentang Islamisasi kerajaan-
kerajaan di Nusantara. Menurutnya, motif ekonomi dan politik menjadi faktor
penting masuknya Islam di kerajaan-kerajaan Nusantara. para penguasa kerajaan
menerima Islam dengan tujuan mendapatkan dan menarik para pedagang
Muslim yang banyak menguasai sumber ekonomi sehingga meningkatkan
kegiatan perdagangan di wilayah kekuasaannya. Penerimaan Islam oleh para
raja tersebut kemudian membuat mereka ikut serta dalam jaringan perdagangan
yang luas berskala internasional yang membentang dari Laut Cina hingga Laut
Merah. Selain itu, dukungan para pedagang Muslim membuat para penguasa
semakin kukuh kedudukannya dan memiliki jaringan kekuasaan dengan para
penguasa Muslim lainnya yang dapat menahan pengaruh kekuasaan Majapahit
(Van Leur 1955: 110–4).
Satu hal yang menarik dalam penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan
adalah tentang Kedatuan Luwu sebagai kerajaan Islam pertama di wilayah itu.
Kedatuan Luwu menjadi kerajaan Islam pertama di Sulawesi Selatan sementara
sebagian besar sumber lokal maupun sumber luar mengisahkan hubungan yang
lebih akrab antara pedagang Melayu dengan penguasa Kerajaan Makassar. Untuk
menjawab hal tersebut kajian ini mengulas mengenai asal-usul Kedatuan Luwu
berdasarkan sumber-sumber yang tersedia. Selama ini terdapat perdebatan
mengenai sejarah pembentukan Kedatuan Luwu karena sebagian besar gambaran
mengenai kerajaan itu berdasarkan naskah Galigo yang berisikan kisah para pendiri
Luwu yang berasal dari ‘langit’ dan dipenuhi kisah mitos (Pelras 2006: 89–110).
Salah satu sumber tentang Luwu yang berasal dari laporan kolonial disusun
oleh D. F. van Braam Morris yang pernah menjabat sebagai Gubernur Celebes
(1888) yang bersifat spekulasi yang menyatakan bahwa masa keemasan Luwu
dimulai pada abad ke-10 (Van Braam Morris 1888). Spekulasi itu timbul karena
4
tidak ditemukan bukti tekstual yang dapat menentukan masa awal Kedatuan
Luwu lebih awal daripada penyebutan Luwu dalam Negarakertagama yang
berasal dari tahun 1365. Namun, sumber Belanda lainnya dari Speelman bertajuk
“Notitie dienende voor eenen korten tijd en tot nader last van de Hoge Regering op
Batavia voor den ondercoopman Jan van Oppijnen” (1670) menyebutkan tentang
4 Tulisan ini telah diterjemahkan oleh Muh. Yunus Hafid, “Kerajaan Luwu menurut Catatan D. F.
van Braam Morris,” dalam Sumantri (ed.) (2006: 184–233).
11