Page 29 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 29
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
Selain itu, temuan proyek tersebut mengulas tentang masyarakat kedatuan
Luwu yang kompleks dibanding wilayah lain di Sulawesi Selatan. Berbeda dengan
wilayah lain di Sulawesi Selatan, di Kedatuan Luwu terdapat banyak anak suku
dengan bahasa ibu mereka yang berbeda-beda. Bahasa Bugis hanya dituturkan
di daerah pesisir dan sangat sedikit penggunanya di pedalaman terutama di
sepanjang daerah sempit aliran sungai di Palopo selatan. Di wilayah pedalaman
dataran rendah terdapat penutur bahasa Toala, Lemolang, Wotu, Padoe,
dan Tolaki, sementara di lembah dataran tinggi tinggal para penutur bahasa
Rongkong, Seko, Rampi, dan Mori (Bulbeck dan Caldwell 2000: 91–2).
Adapun kajian mengenai pusat Kedatuan Luwu setelah Islam, yaitu Kota
Palopo, dilakukan oleh M. Irfan Mahmud yang difokuskan pada pendekatan fisik,
sosial, dan kosmologi (Mahmud 2003). Pendekatan ini memperlihatkan ciri khas
Kota Palopo yang, walaupun mewakili kosmologi Bugis yang bersifat religius-
magis, memperlihatkan logika sosial dalam perancangannya. Seperti halnya
kota-kota Muslim, perancangan Kota Palopo bersamaan dengan pembangunan
masjid yang merupakan pusat kegiatan masyarakat. Selain itu, Kota Palopo
juga dilengkapi tempat-tempat sakral yang menjadi fitur penanda kebesaran
masa lalu Luwu, seperti Tana Bangkala yang menjadi situs pelantikan Datu, dan
Salekkoe yang merupakan tempat ujian fisik dan mental bagi calon raja Luwu.
13