Page 37 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 37
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
Kedatuan Luwu. Setelah usaha pengislaman sebelumnya yang menemui
kegagalan, mereka menyadari bahwa tahap pertama untuk menyebarkan Islam
di Sulawesi Selatan adalah mendekati istana Luwu karena di antara raja-raja di
wilayah itu penguasa Luwu merupakan raja yang dimuliakan. Asal-usul raja-raja
Sulawesi Selatan diyakini berasal dari Kedatuan Luwu.
Masyarakat Melayu telah bermukim di wilayah Makassar terutama sejak
pertengahan abad ke-16 hingga awal abad ke-17. Mereka berasal dari wilayah
barat Nusantara terutama dari wilayah Sumatera dan Semenanjung Melayu.
Secara umum mereka dikenali sebagai pedagang pemeluk Islam dengan gelaran
di depan nama mereka seperti ‘datuk’, ‘tuan’, dan ‘ince’ atau ‘encik’ (Hussin
2007: 1–18; Hussin 2011: 12; Amir 2015: 22–3). Masyarakat Melayu ini bermukim
di wilayah sepanjang pesisir selatan hingga barat daya Pulau Sulawesi terutama
yang berhadapan dengan Selat Makassar (Amir 2015: 102–48). Wilayah pesisir
barat merupakan daerah sempadan antara Makassar dan Bugis sehingga di
daerah tersebut terdapat masyarakat yang menggunakan bahasa Makassar dan
ada yang berbahasa Bugis. Namun, pada abad ke-16/17 wilayah itu merupakan
bagian dari kekuasaan Kerajaan Gowa (Pa’tunru 1995: 2).
Wilayah Makassar merupakan permukiman utama suku Makassar yang
berbahasa ibu Makassar. Wilayah Makassar atau Mangkasaraq dalam penyebutan
setempat meliputi Gowa, Bontonompo, Polongbangkeng, Takalar, Sandrabone,
dan Galesong. Menurut Stapel, seorang penulis Belanda, pada masa kejayaan
Kerajaan Gowa pada abad ke-16/17 kata ‘makassar’ merupakan istilah yang
digunakan oleh orang asing dan bukan oleh orang Makassar untuk menyebut
wilayah antara Sungai Garassiq dan daerah Sambung Jawa. Pada masa kejayaan
3
Gowa, istilah Makassar untuk menunjukkan kedudukan raja Gowa sebagai
penguasa tertinggi dalam ikatan persekutuannya dengan Kerajaan Tallo. Raja
Gowa tinggal di istana di ibu kota Somba Opu dan dalam pelbagai laporan asing
disebutkan sebagai Sultan Makassar atau Raja Makassar (Gervaise 1710). Adapun
kota Makassar sekarang adalah daerah yang disebut Ujung Pandang.
3 Catatan kaki dalam C. Skinner; lihat Amin (2008: 2).
21