Page 40 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 40

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU






                 Hubungan antara orang Melayu dengan Makassar telah berlangsung lama.
              Naskah Melayu Sulalatus Salatin mencatat peristiwa kunjungan muhibah utusan
              Sultan Mansur Syah  (1459–76), penguasa Kerajaan Malaka ke Makassar. Sultan

              Malaka  mengutus  dua  pejabat  istana yaitu  Seri  Bija Pikrama  dan  Tun  Sura
              Diraja untuk bertemu  dengan Raja Gowa dalam rangka membangun hubungan
              persahabatan  antara Malaka  dan Makassar (Ahmad 1979:  100–3). Naskah
              Sulalatus Salatin tidak menyebutkan nama penguasa Kerajaan Gowa pada saat
              itu namun  dengan  merujuk  kepada  periode  kekuasaan  Sultan  Mansur  Syah
              maka  kemungkinan  besar  berlangsung  pada  masa  pemerintahan Raja  Gowa
                                                            4
              VIII bernama I Pakkereqtau Tunijallo (1460–1510).  Hubungan yang baik antara
              orang-orang Melayu dengan Makassar kemungkinan besar membuat Makassar
              menjadi  salah satu negeri  penghijrahan orang Melayu  ketika  Malaka  runtuh

              akibat serangan bangsa Portugis pada 1511.

                 Orang Melayu  meramaikan  dunia  perdagangan  di  Sulawesi  Selatan
              dan mereka  memainkan  peranan penting dalam  perkembangan  kerajaan
              setempat. Sekitar 1545, Antonio de Paiva, seorang pedagang bangsa Portugis,
              yang melakukan pelayaran  melalui  pesisir utara  tengah pantai  Sulawesi  dan
              singgah di Kerajaan Siang, sebuah negeri di pesisir barat daya Sulawesi Selatan,
              menjumpai para pedagang besar dari Ujung Tanah (Johor), Pahang, dan Patani.
              Para pedagang  Melayu  tersebut  menjadikan  pelabuhan Kerajaan Siang  untuk
              mendapatkan komoditas yang bernilai dagang tinggi seperti kayu gaharu, kulit

              penyu, beras, dan budak (Reid 2004: 154–5).

                 Setelah  Kerajaan Siang  mulai  surut  seiring perkembangan Kerajaan Gowa
              terutama pada masa pemerintahan Raja Gowa X yang bernama I Mariogau Daeng
              Bonto  Karaeng  Lakiung  Tunipalangga  Ulaweng  (1546–65) atau  biasa  disebut
              dengan Karaeng Tunipalangga, para pedagang Melayu memindahkan kegiatan
              perdagangan mereka ke Gowa. Pada 1561, para pedagang Melayu diwakili oleh
              Nakhoda Bonang dengan mempersembahkan sejumlah hadiah meminta kepada
              baginda  raja untuk berkenan  memberikan  mereka  permukiman.  Peristiwa
              tersebut dikisahkan dalam kronik Kerajaan Gowa dan Tallo sebagai berikut. 5
              4  Lihat fase kedatangan orang Melayu ke Makassar dalam Cummings (1998: 106–21).
              5  Lihat lontara Patturioloangna Tugowaya, kronik Gowa, dalam Cummings (2007: 34, 68–9); juga
                 Pa‘tunru (1995: 15).


                                               24
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45