Page 42 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 42

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



              melakukan  penaklukan  atas kerajaan-kerajaan  di sekitarnya yang membawa
              kerajaan tersebut  atas penguasaan  terhadap  jalur pelayaran,  perdagangan,
              penguasaan barang, dan penguasaan sumber tenaga manusia atau budak.  Baik
                                                                                 9
              orang Makassar maupun Melayu mendapatkan keuntungan atas perkembangan
              Kerajaan Gowa. Bandar pelabuhan Makassar menjadi pelabuhan transit pelayaran
              menuju Maluku dalam perdagangan rempah-rempah dan menjadi tempat yang

              menyediakan  komoditas yang akan  dipertukarkan  dengan rempah-rempah  di
              Maluku.  Keadaan  pelabuhan  Makassar  digambarkan  dalam  laporan Belanda
              bahwa sekitar 40 jung milik pedagang Melayu berlayar ke Maluku yang dimiliki
              oleh pedagang Melayu dari Patani, Johor, dan dari berbagai negeri lainnya yang
              berdiam di Makassar dalam jumlah ribuan orang (Reid 2004: 156).

                     Pada masa pemerintahan  Raja  Gowa Karaeng Tunipalangga,  seorang
              keturunan Melayu campuran Bajau bernama I Mangambari Kare Mangaweang―
              yang lebih dikenal dengan sebutan Daeng ri Mangallekana―diangkat menjadi
              syahbandar. Sebutan ‘daeng’ tersebut menunjukkan bahwa I Mangambari Kare

              Mangaweang  merupakan  keturunan Melayu-Bajau  yang  berasal  dari kelas
              terhormat yang berasal  dari Kampung  Mangallekana,  permukiman  utama
              masyarakat Melayu di Makassar. Penunjukan I Mangambari Kare Mangaweang
              sebagai  syahbandar menggantikan  Daeng  Pamatteq, syahbandar Makassar
              yang  terkenal, yang  seterusnya  diangkat sebagai  tumailalang  atau pembesar
              yang mengurusi dalam negeri kerajaan.
                                                  10
                 Pada masa Raja Gowa XII bernama I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng
              Bontolangkasa  Tunijallo (yang menggantikan  Raja  Gowa  XI  yaitu I Tajibarani
              Karaeng Tunibatta,  memerintah  hanya selama  40  hari setelah  terbunuh  oleh

              pasukan Kerajaan Bone dalam penyerangan Gowa ke kerajaan itu), I Mangambari
              Kare  Mangaweang  dilantik menjadi  tumailalang. Pada masa  pemerintahan
              Raja Gowa XII (1565–90) ini masyarakat Melayu dibangunkan sebuah mesjid di
              Kampung  Mangallekana  atas perintah raja walaupun  saat itu baginda  belum
              memeluk agama Islam.
                                   11
                 Permukiman  masyarakat  Melayu  terdapat  juga  di wilayah Kerajaan


              9   Lihat kronik Gowa dalam Cummings (2007: 34, 68); Pa‘tunru (1995: 15).
              10  Lihat lontara Patturioloangna Tugowaya, kronik Gowa, dalam Cummings (2007: 34, 68).
              11  Kronik Gowa dalam Cummings (2007: 41, 74).


                                              26
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47