Page 51 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 51

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



               untuk mengajarkan Islam di negeri tersebut. Adapun Datuk Abdul Makmur atau
               lebih  dikenal  dengan  nama Datuk  ri Bandang melanjutkan  perjalanannya ke
               Kerajaan Gowa dan Tallo untuk mengislamkan kedua penguasa besar tersebut.
               Sementara itu, Abdul Jawad atau Datuk ri Tiro berlayar menuju pesisir timur dan
               mendarat di Limbua di daerah Tiro, Bulukumba.

                   Dalam  cerita rakyat yang  ditemukan  di Tiro  mengenai  kedatangan  Datuk

               Abdul  Jawad  terdapat  kisah mistis yang mengungkapkan  karamah atau
               kemampuan supranatural mubalig itu. Disebutkan, setelah Datuk Abdul jawad
               tiba di Limbua, dirinya memulai dakwahnya di daerah pesisir timur Teluk Bone
               yaitu di Kampung Basokeng dan Biropa’ yang terletak di kaki bukit Kampung
               Tiro. Dua  kawasan itu merupakan  daerah  yang memiliki  kontur pantai yang
               landai dan menjadi permukiman penduduk yang menyandarkan hidupnya di laut.
               Di wilayah pesisir ini, Datuk Abdul Jawad mencoba mengenalkan ajaran Islam di
               kalangan penduduk sebelum dirinya bertolak ke negeri Tiro (Mahmud 2003: 68).

                   Kehadiran Datuk Abdul Jawad dan kisah mengenai karamah yang dimilikinya

               menyebar dan terdengar penguasa Tiro, I Launru Daeng Biasa, yang kemudian
               mengundang  mubalig  itu untuk menemuinya.  Dalam  pertemuan  tersebut,
               penguasa Tiro ingin menguji kesaktian Abdul Jawad. Berdasarkan cerita rakyat
               di Tiro, dikisahkan bahwa pada hari yang ditentukan, penguasa Tiro berhadapan
               dengan mubalig itu. Penguasa Tiro mendapat giliran pertama mempertontonkan
               ilmu  leluhur yang dimilikinya.  Dengan hanya  menunjuk ke arah sebatang
               pohon kelapa yang berbuah lebat, seluruh buah kelapa di pohon itu berjatuhan
               tanpa tersisa satu buah  pun.  Ketika  mendapat  giliran, Datuk  Abdul  Jawad
               memperlihatkan kemampuan yang dimilikinya dengan meminta kepada pohon

               kelapa di dekatnya untuk bersujud atau menunduk kepada dirinya. Alkisah, pohon
               tersebut mengikuti permintaan mubalig dengan menunduk sehingga buahnya
               dapat  dipetik,  kemudian  kembali  tegak  seperti  semula. Melihat  kemampuan
               Datuk Abdul Jawad, penguasa Tiro mengakui keunggulan ilmu lawan tandingnya
               tersebut dan akhirnya mengikuti ajaran yang dibawa sang mubalig.

                   Kesan mendalam terhadap ilmu dan pengetahuan yang dimiliki Datuk Abdul
               Jawad membuat I Launru Daeng Biasa memintanya untuk menetap di wilayah
               kekuasaannya. Abdul Jawad memenuhi permintaan tersebut dengan menetap di





                                               35
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56