Page 52 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 52
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
Tiro hingga akhir hayatnya. Lokasi makam Datuk ri Tiro terletak di sebelah utara
Hila-Hila. Ini pula yang menjadi alasan mengapa Datuk Abdul Jawad kemudian
dikenal dengan sebutan Datuk ri Tiro (Mahmud 2003: 70).
Satu hal yang menarik dari pengislaman di Tiro adalah penguasa tidak
mengalami perubahan secara mendasar dengan mengikuti simbol-simbol Islam.
Penguasa Islam di Tiro tidak menggunakan gelar Islam seperti ‘sultan’. Karaeng
Launru Daeng Biasa tetap menggunakan namanya tanpa penambahan gelaran
Islam seperti penguasa di Luwu atau di Bone. Pendekatan agama yang dijalankan
Datuk Abdul Jawad lebih menekankan pada pengalaman spiritual berlandaskan
tasawuf dibanding perubahan sosial budaya (Mahmud 2003: 90).
Sementara itu Datuk Sulaiman Khatib Sulung yang bertanggung jawab atas
pengislaman Kedatuan Luwu tidak mengalami kesulitan besar. Pendekatan
syariat yang membahas mengenai pemerintahan, ibadah, dan kepercayaan
menjadi perbincangan di antara mubaliq tersebut dengan raja dan pemuka
Kedatuan Luwu. Pendekatan yang dilakukan Datuk Sulaiman mendapat tempat
di hati Datu Luwu La Patiware Daeng Parabung sehingga baginda memutuskan
memeluk Islam sehingga penguasa ini terkenal sebagai raja pertama yang
memeluk agama Islam di Sulawesi Selatan. Setelah pengislaman di Kedatuan
Luwu, Datuk Sulaiman berangkat ke Kerajaan Wajo atas permintaan Raja Gowa
untuk mengenalkan agama Islam di sana setelah Wajo berhasil dikalahkan dalam
sebuah peperangan pada 1610. Datuk Sulaiman berhasil mengislamkan penguasa
Kerajaan Wajo yang bergelar Arung Matoa Wajo yang pada saat itu dijabat oleh
La Sangkuru Mulajaji (1607–10). Peristiwa tersebut terjadi pada 15 Syafar 1020
Hijriah atau 1610.
Setelah memeluk agama Islam, Matoa Wajo XXI menggunakan nama Islam
La Sangkuru Patau Sultan Abdurrahman. Matoa Wajo itu tidak lama menjabat
kerena wafat pada tahun yang sama. Datuk Sulaiman juga mengajarkan mengenai
urusan keagamaan dan peribadatan kepada rakyat Wajo sebelum dirinya kembali
ke Luwu (Mappangara dan Abbas 2003: 98–9). Pada akhir hayatnya, Datuk
Sulaiman dikenal dengan nama Datuk Patimang berdasarkan lokasi makamnya
di daerah Patimang-Malangke berdekatan dengan makam penguasa Luwu yang
pertama memeluk Islam yaitu Datu Luwu XV La Patiware Daeng Parabung.
36