Page 54 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 54

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU






                             terdapat  empat  macam  saja yang memperbaiki negara,
                         barulah  dicukupkan  lima macamnya,  ketika  sampai kepada
                         keislaman  dan dimasukkan  juga  sara’ (syariat) Islam  itu,
                         pertama  ade’,  kedua  rapang,  ketiga  wari, keempat  bicara.
                         Adapun Ade’ itu ialah yang memperbaiki rakyat dan adapun
                         rapang itu adalah yang mengkokohkan kerajaan, adapun wari’
                         itu memperkuat kekeluargaan negara (yang) sekeluarga, dan
                         adapun  bicara  itu  adalah  yang  memagari perbuatan  yang
                         sewenang-wenang dari orang yang berbuat sewenang-wenang
                         adanya, dan adapun sara’ itu ialah sandaran orang lemah yang
                         jujur,  apabila  tidak  lagi  dipelihara  ade’  itu,  maka  rusaklah
                         rakyat, apabila tidak dipelihara lagi rapang, itu maka lemahlah
                         kerajaan,  apabila  hilanglah  wari’  itu  tidak  bersepakatlah
                         rakyat,  dan apabila  tidak ada lagi  sara’  itu, maka  berbuat
                         sewenang-wenang semua orang, apabila tidak lagi bicara itu,
                         maka rusaklah hubungan kekeluargaan negara-negara (yang)
                         sekeluarga, ialah nanti yang menjadi sumber pertikaian, dan
                         adapun pertikaian itu berujung pada perang, dan bara siapapun
                         orang yang mengingkari  rapang itu, ialah didatangkan
                         baginya oleh Allah Taa’la lawan yang kuat, apabila tidak lagi
                         dijalani  bicara  itu  maka  saling  binasa  membinasakanlah
                         orang, karena tidak ditakutinya  lagi  perbuatan  (yang
                         bersumber)  dari  kekuatan  (yang diperbuatnya), begitulah
                         maka yang dikehendaki oleh toriolo (orang-orang terdahulu)
                         agar diperteguh  ade’, dipelihara dengan cermat  rapang,
                         dan bersama-sama menegakkan  kepastian  bicara, agar
                         dirobohkanlah orang (yang  mempergunakan)  kekuatan
                         (kekerasan) diperkuatlah  (perlindungan) terhadap orang
                         lemah itu (Mattulada 1984: 114–6).







                 Dengan diterimanya  sara’ atau syariat  Islam ke dalam  pangngadérréng,
              kehidupan  sosial dan budaya masyarakat  mendapat warna baru  dalam
              menjalankan  berbagai  tingkah laku  dalam  kehidupan  sosial dan budayanya.
              Diterangkan oleh Mattulada bahwa ketaatan orang Bugis dan Makassar terhadap
              syariat Islam  menyamai  ketaatannya dengan  aspek-aspek  pangngadérréng
              lainnya.  Keadaan  ini  terjadi  karena penerimaan  Islam sebagai  agama  dalam
              masyarakat tidak banyak mengubah  nilai-nilai  dalam masyarakat dan budaya



                                              38
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59