Page 49 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 49
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
menegaskan bahwa dirinya akan mengislamkan Karaeng Gantarang juga. I Puso
kemudian diislamkan, lalu keduanya menuju kediaman Karaeng Gantarang atau
penguasa wilayah adat Gantarang yang bernama I Pangali Sultan Pattaraja.
Ketika berjumpa dengan Karaeng Gantarang, Datuk ri Bandang mengatakan
bahwa dirinya berasal dari Minangkabau yang diutus oleh Raja Makkah untuk
mengislamkan penguasa Gantarang. I Pangali kemudian mengatakan bahwa
dirinya takut kepada Karaeng Gowa atau penguasa Kerajaan Gowa namun sekali
lagi Datuk ri Bandang mengatakan bahwa dirinya akan mengislamkan Karaeng
Gowa. Karaeng Gantarang kemudian memeluk Islam dan membangun sebuah
masjid di wilayahnya dan sejarah Islam di wilayah Gantarang pun bermula
(Chambert-Loir 1998: 37–8).
Selanjutnya Datuk ri Bandang meneruskan pelayarannya bersama I Puso’
menuju Kerajaan Gowa namun kemudian mereka berlabuh di wilayah Kerajaan
Tallo. Karaeng Tallo bermaksud menjemput mereka untuk datang ke rumahnya
namun Datuk ri Bandang berujar bahwa rumah itu sebaiknya dibersihkan
terlebih dulu. Maksud ucapan Datuk ri Bandang tersebut adalah dirinya hendak
mengislamkan Karaeng Tallo yang kemudian menjawab bahwa dirinya takut
kepada Karaeng Gowa. Menyimak percakapan tersebut, I Lambu, seorang prajurit
atau tubarani dari Tallo, menuduh Datuk ri Bandang bermaksud menghapus adat
mereka. Dikisahkan, Datuk ri Bandang meminta I Lambu melakukan wudhu.
Datuk ri Bandang berhasil menyadarkan I Lambu dan bersedia bertaubat dan
masuk Islam. Kemudian, Karaeng Tallo juga bersedia memeluk agama Islam
(Chambert-Loir 1998: 38).
Setelah kejadian tersebut, I lambu menghadap Karaeng Gowa untuk
memberitahu-kan mengenai kedatangan Datuk ri Bandang. Ketika Karaeng
Gowa hendak menjumpai mubalig tersebut dirinya berjumpa dengan seseorang
di tengah jalan yang menanyakan arah tujuannya. Oleh orang tersebut dikatakan
bahwa Karaeng Gowa menyatakan masuk Islam dan orang itu menyampaikan
salam kepada Datuk ri Bandang. Setelah berjumpa, Karaeng Gowa dan Datuk
ri Bandang mengislamkan rakyat Gowa, membangun sebuah masjid dan
mengajarkan penduduk menunaikan salat lima waktu, Salat Jumat, membaca
Quran, ilmu tasawuf, dan sebagainya. Mubalig itu meminta kepada Karaeng Gowa
agar tidak melupakan salat sebagaimana yang telah dipelajarinya. Selanjutnya
33