Page 144 - SEJARAH SOSIAL DAERAH KOTA BENGKULU
P. 144
nya di tengah-tengah masyarakat bukan merupakan golongan
terendah atau yang hina. Remaja-remaja yang membantu
keluarga atau famili di rumah, dikaitkan dengan pendidikan
watak dan pribadi, agar mendapatkan gelar "semengga···. Orang-
orang tua Uompo) fakir miskin dipelihara oleh keluarga masing-
masing. Bagi yang tidak memiliki keluarga mampu dititipkan
pada rumah sosial pemerintah.
Tempat penghunian dan kelengkapan tradisional rumah
tempat tinggal hampir sama seperti pada penduduk orang
Melayu lain di Pulau Suma tera. Rumah tinggal berukuran le bar
5 sampai 8 meter dan panjang ke belakang 15 sampai 20 meter.
Foramsi rumah menghadap ke jalan baik jalan yang beraspal
ataupun jalan setapak (gang). Rumah terbuat dari bahan kayu,
papan dan pelupuh bertiang tinggi (± 1 1/2 meter) dan beratap
daun rumbia. Bagi orang yang tergolong mampu membuat
rumahnya dengan ukuran yang lebih besar, beratap seng dan
bertangga batu dari bahan semen. Pada beranda rumah dan
ruang tengah (hall) dihiasi dengan ukiran-ukiran tradisional.
Pendidikan dan Persekolahan
Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa pemerintah dan
masyarakat bersama-sama mengadakan serta membuka sekolah-
sekolah dan membina pendidikan. Permasalahan yang dihadapi
adalah kekurangan tenaga pengajar, gedung dan sarana. Tentu
saja smeula tenaga-tenaga guru diambil dari orang-orang lapisan
sekolah Belanda dan pendidikan Jepang. Sikap mental pem-
bangunan pendidikan disesuaikan dengan tujuan pendidikan
Negara Republik Indonesia. Panggilan terhadap guru lelaki dan
guru wanita bukan lagi meneer. jufiow ataupun sensai dan
engku tetapi diubah dengan panggilan encik atau ibu dan bapak
guru. Sikap keeropa-eropaan. kebelanda-belandaan ataupun
gay a pendidikan--militer J epang dihilangkan.
Disiplin kebersihan serta pendidikan dan pengajaran di-
tingkatkan. Semangat demokrasi dan persatuan disebarluaskan.
Semangat kedaerahan, kesukuan seperti perbedaan antara orang
135