Page 45 - SEJARAH SOSIAL DAERAH KOTA BENGKULU
P. 45
1937 produksi mulai mengalami kemunduran karena penguasa
tidak menambang emas yang berkadar 6 gram/ton emas. Maka
terjadi kemerosotan produksi dari 900.000 ton bijih pada tahun
1936 menjadi 150.000 ton bijih pada tahun 1937.
Tahun 1941 tambang ditutup karena dianggap endapan habis.
Geologi
Menurut Van Bemelen depresi Lebong terjadi adalah suatu
depresi vulkano tektonik. Seluruh daerah tambang tertutup oleh
batuan effusive, menurut formasi telisa (marmer, mudstone ,
dengan interkalasi tuff pasiran). Batu erupsi yang tertua adalah
dacite sedang yang lebih muda adalah andesit yang memotong
batuan dacite.
Keadaan endapan bijih vein Lebong Donok mempunyai
arah barat-laut-tenggara dan kemiringan 75° timur laut. Terda-
pat sebuah ore shoot dalam daerah mineralisasi patahan Lebong.
Ore shoot tersebut mempunyai panjang lebih kurang 300 meter
dan lebar dari vein adalah antara 5 - 20 meter.
Sifat-sifat khusus dari endapan bijih di Lebong Donok ada-
lah sebagai berikut:
1) Mineralisasi terlokalisir dalam sebuah ore shoot.
2) Tidak terdapat sama sekali adanya galena dan sulfida-sulfi-
da sedikit sekali diketemukan.
3) Diketemukan beberapa mineral-mineral alkali tanah seper-
ti: selenium, truscotite, zeolit.
4) Perbandingan antara emas dan perak selalu tetap yaitu: 1;
6-7.
Mineral-mineral dari vein adalah: kwarsa, chaleedon, kalsit,
truscottide, selenium, mineral-mineral mangan serta pyrit
dan chalcopyrit; terdapat juga mineral dari senyawa emas,
perak dan selenium.
Dari hasil penyelidikan mineragrafi pada tahun 1925 mi-
neral-mineral yang terdapat adalah: emas murni, perak murni,
pyrit, chalcopyrit, sphalorit, aquilarite (Ag 2 , Se), dan berzetlia-
nit (Cu2 Se)
36