Page 57 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 57
Halmahera menjadi bagian dart Ternate, sedangkan Halmahera
tengah yang terdiri atas jazirah-jazirah timur laut dan tenggara
termasuk Tidore. Wilayah inijuga pernah (sebelum abad ke-17)
menghasilkan rempah-rempah. Lingkaran konsentrik keempat
adalah wilayah jajahan kedua kerajaan itu. Tidore meluaskan
kekuasaannya ke Barat, sehingga mencakup pantai timur
Sulawesi, kepulauan Banggai dan kepulauan Sula, sedangkan
Tidore meluaskan kekuasaannya ke timur menjangkau
kepulauan Raja Ampat, pesisir Irian Jaya, kepulauan Gorong-
Seram Laut, dan Seram Utara.
Perbedaan pokok antara keempat wilayah konsentrik
tersebut adalah pada hubungan wilayah-wilayah itu dengan
kekuasaan kedaton yang diwujudkan dalam peran sangaji atau
"kepala distrik" (menurut istilah yang digunakan VOC). Pada
wilayah konsentrik pertama para sangaji yang terdapat dalam
pulau kedaton merupakan bagian integral dari sistem
kekuasaan kedaton. Mereka berhak menjadi anggota dewan
kerajaan (Bobato ma-dopolo).
Para sangaji pada wilayah konsentrik kedua, yaitu di pulau-
pulau kecil di sekitar kedaton, berada langsung di bawah
kedaton tetapi tidak berhak menjadi anggota dewan kerajaan.
Kekuasaan kedaton atas wilayah ini adalah langsung dan
nampaknya bertujuan untuk mengamankan persediaan
cengkeh melalui sistem upeti.
Para sangaji di wilayah konsentrik ketiga, yaitu di
Halmahera, bersifat otonom tetapi memiliki ikatan tertentu
dengan kedaton melalui sistem upeti dan pengerahan tenaga
untuk hongi. Di wilayah konsentrik ini pengawasan kedaton
lebih longgar terutama daerah Halmahera Tengah yang berada
dibawah kedaton Tidore. Di Halmahera-Ternate kekuasaan
kedaton lebih terasa melalui para Utusan (wakil sultan) yang
dilengkapi dengan tentara (baru-baru) di setiap ke-sangaji-an.
Terutama ke-sangaji-an yang terdapat dijazirah utara memiliki
interaksi yang lebih intensif dengan kedaton Ternate karena
kewajiban menyediakan bahan makanan baik untuk kedaton
maupun untuk voe. Para sangaji dalam wilayah konsentrik
42