Page 14 - DASAR-DASAR KEFARMASIAN FIX-converted
P. 14
c. Zat pembantu (zat pengisi, zat pelekat, zat pelican, zat pelindung dan
sebagainya)
Penggunaan laktosa sebagai bahan pengisi pada tablet fenitoin dapat
meningkatkan bioavaibilitas dari fenitoin sehingga absorbsinya ditingkatkan
dan mencapai kadar toksik. Pemakaian zat-zat hidrofob seperti asam stearat
dan magnesium stearat sebagai pelicin untuk mempermudah mengalirnya
campuran tablet kecetakan ternyata dapat menghambat melarutnya zat aktif.
Oleh sebab itu perlu pengaturan jumlah yang tepat untuk penggunaan zat
pembantu ini.
d. Proses teknik yang digunakan dalam membuat sediaan (tekanan pada
mesin tablet, kecepatan alat emulgator, dan sebagainya)
Tekanan yang berlebihan pada pembuatan tablet dapat membuat tablet
memperlambat waktu hancur tablet sehingga proses absorpsi zat aktif akan
terhambat.
Beberapa hal yang juga sering dibahas dalam biofarmasi atau biofarmasetik
terkait pengaruh formulasi obat adalah :
a. Farmaceutical Avaibility/ FA (Ketersediaan Farmasi), merupakan ukuran untuk
bagian obat yang secara in vitro dibebaskan dari bentuk pemberiaannya dan
tersedia untuk proses absorpsi.
Kecepatan melarut obat tergantung dari berbagai bentuk sediaan dengan
urutan sebagai berikut:
Larutan suspensi - emulsi - serbuk - kapsul - tablet – tablet film coated-
tablet salut gula (dragee) – tablet enterik coated – tablet long acting (retard,
sustained release).
FA hanya dapat diukur secara in vitro di laboratorium dengan mengukur
kecepatan melarutnya zat aktif dalam waktu tertentu (dissolution rate).
Gambar 1.1. Fase-fase melarut dari tablet