Page 90 - e-book sungai musi
P. 90
Usa mulai melukis sketsa Sungai Musi dan anak sungainya
sejak pertengahan 1970-an hingga saat ini. Salah satunya mengenai
Sungai Sekanak. Tahun 1970-an, Sungai Sekanak dalam sketsa Usa
dipenuhi pohon manggis, durian, kebun dan rawa, yang kini berubah
menjadi pertokoan, rumah susun dan perkantoran. Waktu itu, banyak
orang yang menangkul ikan di pinggiran sungai. Kalau air pasang
masih bisa mendapatkan ikan belida. Sekarang, keberadaan ikan
belida di Sungai Musi seperti legenda. Padahal, dulunya ikan ini
digunakan sebagai bahan andalan untuk membuat pempek.
Berdasarkan penelitian Balai Arkeologi Palembang, Sungai Sekanak
ini diperkirakan sebagai sarana transportasi menuju Bukit Siguntang
yang panjangnya puluhan kilometer. Kini, panjang anak sungai ini
diperkirakan hanya dua kilometer.
Kehadiran sampah plastik yang mencemari sungai-sungai di
Palembang mulai terasa sejak tahun 1988. Sungai mengalami
penyempitan. Bahkan, yang dulunya sungai kini menjadi selokan
besar. Jika dibandingkan dengan Venesia, kanal-kanal di Venesia tak
lebih besar dari anak sungai musi di kota Palembang. Akan tetapi
kondisi anak sungainya di sana terawat sehingga dapat menunjang
sektor pariwisata.
Sketsa lain yang dibuat Usa adalah suasana di muara Sungai
Limbungan. Tahun 1980-an, batang-batang kayu hasil penebangan
dihanyutkan dari bagian hulu Sungai Musi menuju kota Palembang,
dan masuk ke Sungai Limbungan. Setiap hari, kita lihat banyak kayu
seperti meranti atau cempaka. Diameternya lebih dari satu meter.
Pada tahun 1970-an, anak – anak bisa bermain di sungai dan
berenang. Sambil mandi, anak-anak mencari udang di sela kayu
nibung yang disusun untuk tempat mandi. Udang yang didapat
dimakan dalam kondisi mentah. Mitosnya, kalau banyak makan udang
maka akan bisa lebih pandai dan gesit berenang. Kini suasana itu
sudah hilang, sebab air sungai sudah kian memburuk.
58 SUNGAI MUSI; Jejak Perjalanan dan Pembangunan Berkelanjutan